Rabu 07 Sep 2022 07:40 WIB

Hindari Pakai Emoji Saat Chat Urusan Kerja, Ini Alasannya

Penggunaan emoji dikatkan dengan kesan yang ditimbulkan terhadap pengirim pesan.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Qommarria Rostanti
Penggunaan emoji saat chat di lingkungan kerja sebaiknya dihindari. (ilustrasi)
Foto: www.freepik.com
Penggunaan emoji saat chat di lingkungan kerja sebaiknya dihindari. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menggunakan emoji saat mengirim pesan singkat (chat) untuk urusan pekerjaan mungkin dianggap sebagai sesuatu yang wajar. Akan tetapi, studi terkini tidak terlalu menyarankan hal tersebut karena kesan yang bisa ditimbulkannya terhadap pengirim pesan.

Penelitian digagas oleh tim dari Coller School of Management Universitas Tel Aviv, Israel. Para peneliti menemukan bahwa karyawan yang menggunakan berbagai emoji saat berkomunikasi cenderung dianggap kurang memiliki otoritas oleh orang lain di kantornya.

Baca Juga

Tidak cuma pemakaian emoji di email, tetapi juga pencantuman gambar ketika berkirim surel. Begitu juga pemakaian emoji di profil Zoom atau logo perusahaan di T-shirt. Untuk mendapatkan hasil itu, para peneliti memeriksa respons peserta studi terhadap pesan verbal versus gambar dalam konteks sehari-hari yang berbeda.

"Jika Anda ingin memberi sinyal otoritas kepada kolega, atasan, atau bawahan Anda, Anda harus mempertimbangkan untuk mengurangi penggunaan gambar dan emoji, mengubahnya menjadi kata-kata," kata penulis studi dalam paparannya.

Dalam salah satu eksperimen, para peserta studi yang berasal dari Amerika Serikat diminta membayangkan menghadiri pertemuan sebuah perusahaan bernama Lotus. Setengah dari keseluruhan peserta diberi tahu bahwa seorang karyawan perempuan telah memilih T-shirt dengan logo verbal berbunyi Lotus. Separuh lainnya diberi tahu dia memilih logo visual dengan gambar minimalis bunga lotus.

Responden mengaitkan lebih banyak otoritas dengan karyawan yang telah memilih logo verbal. Dalam percobaan lain, peserta diminta untuk memilih salah satu dari dua peserta untuk mewakili mereka dalam permainan kompetitif yang cocok untuk orang-orang dengan kekuatan sosial yang tinggi.

Salah satu peserta memiliki profil bergambar, sementara yang lain memilih profil verbal. Sebanyak 62 persen dari total peserta memilih opsi peserta yang mewakili diri dengan profil verbal karena menganggapnya punya keterampilan sosial yang kuat.

Para peneliti menyimpulkan bahwa karyawan yang memberi sinyal kekuatan dengan menggunakan kata-kata lebih mungkin untuk dipilih ke posisi yang kuat. Itu jika dibandingkan dengan orang yang kerap menggunakan gambar karena memberi sinyal kelemahan.

Menurut para peneliti, dewasa ini banyak orang sudah terbiasa berkomunikasi dengan gambar. Jejaring sosial membuatnya mudah dan menyenangkan. Bagaimanapun, dalam beberapa situasi, seperti di lingkungan kerja atau bisnis, praktik itu ada baiknya dihindari.

Salah satu penulis studi, Elinor Amit, menjelaskan alasan mengapa orang yang memberi sinyal atau berkomunikasi melalui gambar dam emoji dianggap memiliki kekuatan rendah. Itu karena pesan visual sering ditafsirkan sebagai keinginan untuk kedekatan sosial.

Amit menyoroti, kedekatan sosial yang dimaksud merupakan konteks profesional di tempat kerja. "Mengharapkan kedekatan sosial dengan menggunakan gambar pada dasarnya menandakan Anda kurang kuat," ujarnya, dikutip dari laman The New Daily, Rabu (7/9/2022).

Saran untuk menghindari emoji terutama diberikan untuk orang yang mencoba masuk ke jajaran manajemen atau meniti jenjang karier ke posisi yang lebih tinggi. Amit juga merekomendasikan untuk berpikir dua kali sebelum mengirim gambar atau emoji kepada orang-orang di organisasi formal. Begitu pula dalam konteks lain di mana seseorang ingin dianggap berdaya, punya posisi kuat, atau memiliki otoritas.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement