Rabu 07 Sep 2022 22:22 WIB

Penghilangan Tes Mata Pelajaran Dinilai Dapat Kurangi Beban Belajar Murid

Penyederhanaan soal UBTK membuat anak tak perlu sediakan waktu khusus belajar.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Friska Yolandha
Warga mengecek pengumuman hasil SBMPTN LTMPT 2022 di Jakarta, Kamis (23/6/2022). Kebijakan transformasi seleksi masuk perguruan tinggi negeri (PTN) yang salah satunya menghilangkan tes mata pelajaran dalam seleksi nasional berdasarkan tes dinilai dapat mengurangi beban belajar murid.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Warga mengecek pengumuman hasil SBMPTN LTMPT 2022 di Jakarta, Kamis (23/6/2022). Kebijakan transformasi seleksi masuk perguruan tinggi negeri (PTN) yang salah satunya menghilangkan tes mata pelajaran dalam seleksi nasional berdasarkan tes dinilai dapat mengurangi beban belajar murid.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebijakan transformasi seleksi masuk perguruan tinggi negeri (PTN) yang salah satunya menghilangkan tes mata pelajaran dalam seleksi nasional berdasarkan tes dinilai dapat mengurangi beban belajar murid. Lewat penyederhanaan soal ujian tes berbasis komputer (UTBK) ke model soal penalaran, anak menjadi tidak perlu menyediakan waktu maupun materi khusus saat belajar menghadapi ujian tersebut.

“Kebijakan ini mengurangi beban belajar anak kami yang harus menyelesaikan 15 mata pelajaran di sekolah, lalu mempersiapkan UTBK yang fokus kepada rumus, hapalan, serta harus mempelajari tips jitu mengenali karakteristik soal,” ujar orang tua dari siswa SMA I Yogyakarta, Astuti Andriyani, dalam peluncuran Merdeka Belajar Episode ke-22, Rabu (7/9/2022).

Baca Juga

Dia menambahkan, dengan penyederhanaan soal UTBK ke model soal penalaran, anak tidak perlu menyediakan waktu maupun materi khusus karena materinya sudah menjadi satu kesatuan dalam pembelajaran sehari-hari di kelas. Karena itu dia mengaku sepakat dengan pengutamaan soal-soal penalaran yang diluncurkan oleh Kemendikbudristek.

"Saya setuju dengan pengutamaan soal-soal penalaran ini karena sangat bermanfaat untuk mempersiapkan kompetensi anak-anak dalam mengasah pola pikir yang kritis dan logis sesuai dengan kondisi di dunia kerja nanti,” ujar dia.

Sementara itu, siswa asal SMA Pradita Dirgantara Boyolali, Judha Hoka Wishika, mengaku senang dengan arah transformasi seleksi ke PTN tersebut. Dengan kebijakan itu, dia mengaku dapat lebih fokus pada mata pelajaran yang menjadi minatnya. Dia menilai, kebijakan itu dapat mengembangkan potensi anak-anak Indonesia ke depan.

“Ini yang saya inginkan di mana saya bisa fokus pada mata pelajaran yang jadi minat saya. Saya berterima kasih karena dengan peluncuran program ini akan banyak potensi anak-anak Indonesia yang semakin berkembang guna mencetak SDM unggul di masa depan,” kata dia.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement