REPUBLIKA.CO.ID., PBB -- Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres pada Selasa (13/9/2022) mendesak Azerbaijan dan Armenia untuk mengurangi ketegangan di tengah pertempuran baru-baru ini yang merenggut nyawa di kedua belah pihak.
"Sekretaris Jenderal sangat prihatin dengan laporan pertempuran terbaru di sepanjang perbatasan Armenia-Azerbaijan," kata juru bicara Guterres, Stephane Dujarric, Selasa (13/9/2022).
Guterres mendesak kedua belah pihak untuk mengambil langkah segera untuk mengurangi ketegangan, menahan diri secara maksimal, dan menyelesaikan setiap masalah yang belum terselesaikan melalui dialog dan dalam format yang ada, kata Dujarric.
Azerbaijan menuduh Armenia melakukan "serangan provokasi besar-besaran" dalam beberapa hari terakhir, dan mengatakan para penyabot menanam ranjau dan pasukan Armenia melakukan penembakan "intensif" terhadap pos tentara Azerbaijan.
Tindakan pasukan Armenia ini menyebabkan konfrontasi, kata Kementerian Pertahanan Azerbaijan, menambahkan bahwa ada korban di kedua belah pihak, termasuk 50 tentara Azerbaijan.
Hubungan antara bekas republik Soviet di Armenia dan Azerbaijan tegang sejak 1991 ketika militer Armenia menduduki Nagorno-Karabakh, juga dikenal sebagai Karabakh Atas, sebuah wilayah yang diakui secara internasional sebagai bagian dari Azerbaijan.
Pada 2020, Azerbaijan membebaskan beberapa kota dan lebih dari 300 pemukiman dan desa yang diduduki oleh Armenia, dan pertempuran berakhir dengan kesepakatan yang ditengahi oleh Rusia.