REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Timah Tbk. telah menyiapkan sejumlah strategi untuk mempertahankan kinerja Perseroan di tengah penurunan harga jual logam timah. Untuk diketahui, harga jual logam timah pada semester kedua 2022 mengalami penurunan signfikan hingga 50 persen dibandingkan semester pertama 2022.
Direktur Keuangan PT Timah Tbk Fina Eliani mengatakan penurunan harga jual lebih disebabkan faktor global. Belum berakhirnya lockdown di Cina, perang antara Ukraina dan Rusia serta kebijakan the Fed meningkatkan suku bunga menyebabkan permintaan melambat pada semester kedua ini.
"Namun berdasarkan data analis, dengan tumbuhnya industri elektronik dan populasi dan juga kebutuhan mobil listrik, diproyeksikan demand pada 2023 akan kembali pulih sehingga harga jual logam dapat kembali meningkat," kata Fina dalam Public Expose Live 2022, Rabu (14/9).
Fina mengatakan, salah satu strategi yang disiapkan Perseroan untuk menjaga kinerja yaitu mengoptimalkan aktivitas penjualan terutama yang sifatnya kontrak jangka panjang. Emiten bersandi saham TINS ini juga akan mengoptimalkan produksi pada semester kedua.
"Karena semakin tinggi produksi akan menurunkan harga pokok Perseroan yang memang karakter biayanya cenderung fix dan semi variable," terang Fina.
Selanjutnya, Perseroan akan terus melakukan efisiensi di seluruh lini usaha. Selain itu, Perseroan akan memacu anak usaha di luar segmen pertimahan agar dapat memberikan kontribusi yang lebih besar pada 2022.
Perseroan memproyeksikan kontribusi anak perusahaan akan jauh lebih tinggi di tahun ini dibandingkan tahun sebelumnya. Saat ini perseroan sedang menjajaki beberapa partner strategis terutama untuk penyediaan teknologi dan pendanaan.
"Perseroan telah berdiskusi dengan beberapa partner namun masih belum ada perjanjian yang mengikat karena masih dalam tahap inisiasi," kata Fina.
Saat ini perseroan sedang menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) untuk tahun 2023. Perseroan memperkirakan akan ada proyek baru untuk anak usaha, namun masih dalam tahap perencanaan.