REPUBLIKA.CO.ID,ANKARA -- Jumlah Muslim India yang menganggur dan menghadapi diskriminasi dalam mengakses pekerjaan bergaji dan pendapatan melalui wirausaha lebih tinggi, dibandingkan sesama warga non-Muslim. Hal ini disampaikan oleh organisasi amal independen Inggris yang berfokus pada pengentasan kemiskinan global.
Di daerah pedesaan, pengangguran di kalangan Muslim meningkat sebesar 17 persen dibandingkan dengan non-Muslim selama kuartal pertama pandemi Covid-19. Dalam “Laporan Diskriminasi India 2022" yang dikeluarkan Oxfam, disebut tingkat pengangguran Muslim pedesaan menjadi 31,4 persen.
Di sisi lain, hanya 15,6 persen dari populasi Muslim perkotaan berusia 15 tahun ke atas yang memiliki pekerjaan bergaji tetap, dengan hampir 23,3 persen non-Muslim memiliki pekerjaan bergaji tetap pada 2019-2020.
Dilansir di Anadolu Agency, Jumat (16/9/2022), diskriminasi terhadap Muslim di pasar tenaga kerja, yang berkontribusi pada rendahnya tingkat pekerjaan mereka, naik menjadi 68,3 persen pada periode tahun yang sama.
Laporan tersebut juga menunjukkan diskriminasi yang dihadapi umat Islam pada 2004-2005 adalah 59,3 persen. Hal ini lantas menunjukkan terjadi peningkatan diskriminasi sebesar 9 persen selama 16 tahun terakhir.
Non-Muslim bergaji tetap di daerah perkotaan memperoleh rata-rata 20.346 rupee India (sekitar 255 dolar AS). Angka ini 49 persen lebih banyak daripada Muslim, yang memperoleh 13.672 rupee India (sekitar 171 dolar AS).
Tak hanya itu, disebutkan wiraswasta non-Muslim memperoleh rata-rata 15.878 rupee India (sekitar 199 dolar AS), sementara wiraswasta Muslim menghasilkan 11.421 rupee India (sekitar 143 dolar AS) meskipun perwakilan mereka berlebihan dalam wirausaha perkotaan. Ini berarti non-Muslim berpenghasilan sepertiga lebih banyak daripada Muslim dalam wirausaha.
Laporan itu mengatakan populasi Muslim di perkotaan India sebagian besar terlibat dalam wirausaha dibandingkan dengan komunitas lain. Sebagian besar alasannya karena profesi keluarga berkualitas rendah dan kesulitan dalam menemukan pilihan lain di pasar tenaga kerja.
“Masyarakat yang terpinggirkan masih tampak mengalami diskriminasi sebagai akibat dari identitas sosioreligius dan gender mereka. Secara global, diskusi seputar diskriminasi didasarkan pada ketidakadilan rasial. Lebih dekat ke rumah, di India, diskriminasi didasarkan pada jenis kelamin, agama, dan lokasi kasta individu,” kata CEO Oxfam India, Amitabh Behar.
Baca juga : Bukan Hanya Gereja, Masjid di Muslim Minoritas Juga Susah Dibangun
Sumber: