REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sudah selayaknya bagi umat islam untuk mengikuti petunjuk dari Alquran dan sunnah Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam. Namun ada saja orang yang menghina hadits Nabi dan mendapatkan balasannya secara langsung.
Dikutip dari Buku Aneh dan Lucu, 100 Kisah Menarik Penuh Ibrah karya Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-Sidawi, Imam Dzahabi rahimahullah menceritakan dari al-Qadhi Abu Thayyib, katanya:
“Suatu kali, kami pernah ta’lim (pengajian) di Masjid Jami’ al-Manshur lalu tiba-tiba datang seorang pemuda dari Khurasan menanyakan perihal masalah ‘al-Musharrah’ serta meminta dalilnya sekaligus. Pertanyaan pemuda itu pun dijawab dengan membawakan hadits Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu tentangnya. Pemuda itu mengatakan dengan nada mencela, ‘Abu Hurairah tidak diterima haditsnya!’
Belum selesai ucapannya, kemudian ada ular besar yang menjatuhinya dari atap masjid. Melihatnya, manusia pun berlarian ketakutan. Ular tersebut terus mengejar pemuda tadi yang sedang berlari. Dikatakan kepadanya, ‘Taubatlah! Taubatlah!’ Pemuda itu mengatakan, ‘Saya bertaubat.’ Akhirnya, ular itu pun hilang tiada membawa bekas.”
Imam Dzahabi rahimahullah berkomentar, “Sanadnya para tokoh imam.
Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu merupakan sosok sahabat yang sangat kuat hafalannya terhadap hadits Nabi Shallallahu alaihi wa sallam secara huruf per huruf dan beliau telah menyampaikan hadits tentang ‘al-Musharrah’ secara lafalnya. Maka wajib bagi kita untuk mengamalkannya. Inilah pokok masalah.” (Siyar A’lam an-Nubala’)
Di samping itu Imam Muhammad bin Isma’il menyebutkan dalam kitabnya, Syarh Shahih Muslim:
“Saya mendengar dalam sebagian hikayat bahwa ada sebagian ahli bid’ah ketika mendengar sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam
إذا قام أحدكم من الليل فلا يغمس يده في الإناء حتى يغسلها ثلاث مرات فإنه لا يدري أين باتت يده
‘Apabila salah seorang di antara kalian bangun dari tidurnya maka janganlah dia memasukkan tangannya ke bejana sehingga dia men-cucinya terlebih dahulu, sebab dia tidak tahu di mana tangannya bermalam.’ (HR. Muslim: 103)
Ahli bid’ah itu dengan nada mencela berkomentar, ‘Saya tahu kok di mana tanganku bermalam, ya di atas kasur!’ Maka tatkala (terbangun) di pagi hari, ternyata dia memasukkan tangannya ke duburnya hingga sampai siku-sikunya!”
Imam at-Taimi mengomentari kisah di atas, “Maka hendaknya seorang takut dari merendahkan sunnah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Lihatlah kesudahan mereka yang sangat mengenaskan di atas.”
Imam Nawawi berkata setelah membawakan kisah di atas, “Mirip dengan kasus ini adalah apa yang fakta terjadi pada zaman kita sekarang ini dan beritanya mutawatir serta telah shahih menurut para hakim bahwa ada seorang yang beraqidah jelek dari kota Bushra pada awal tahun 665 H. Dia punya seorang anak
yang shalih. Suatu hari, anaknya datang dari gurunya yang shalih membawa siwak. Ayahnya mengatakan dengan nada mengejek, “Gurumu memberimu apa?” Jawab sang anak, “Siwak ini.”
Lalu sang ayah mengambil siwak tersebut dan meletakkan di duburnya sebagai penghinaan.
Selang beberapa hari, ayah tersebut mengeluarkan dari duburnya sejenis ikan. Lalu setelah itu atau selang dua hari berikutnya orang itu meninggal dunia. Semoga Allah melindungi kita dari bala-Nya dan memberikan taufik kepada kita untuk mengagungkan sunnah dan syi’arnya.” (Bustanul ’Arifin)