Senin 26 Sep 2022 16:25 WIB

Studi: 70 Varian Genetik pada Tubuh Manusia Mampu Bergerak Selaras dengan Irama

Penelitian ini menjadi studi skala besar pertama terkait genetika ritme musik.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Sebuah tim ilmuwan internasional, yang dipimpin oleh para peneliti dari Vanderbilt Genetics Institute, telah melaporkan penelitian skala besar pertama dalam genetika ritme musik.
Foto: www.freepik.com
Sebuah tim ilmuwan internasional, yang dipimpin oleh para peneliti dari Vanderbilt Genetics Institute, telah melaporkan penelitian skala besar pertama dalam genetika ritme musik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah tim ilmuwan internasional, yang dipimpin oleh para peneliti dari Vanderbilt Genetics Institute, telah melaporkan penelitian skala besar pertama dalam genetika ritme musik. Studi penting ini menemukan hampir 70 varian genetik yang terkait dengan kemampuan kita untuk bergerak selaras dengan irama.

Penelitian baru memanfaatkan data dari perusahaan genetika komersial 23andMe. Lebih dari 600 ribu orang berpartisipasi dalam penelitian ini, dengan ritme musik diukur melalui kuesioner yang dilaporkan sendiri.

Baca Juga

Peneliti studi, Reyna Gordon menjelaskan, hasil GWAS (genom-wide association study) menunjukkan bahwa arsitektur genetik terkait sinkronisasi ketukan (beat) sangat poligenik, dengan 69 lokus genom-wide yang signifikan, dan SNP-based heritabilitas 13-16 persen. Variasi dalam banyak gen dikaitkan dengan variasi fenotipik dalam sifat tersebut.

Temuan menegaskan tidak ada satu gen "ritme". Sebaliknya, kemampuan untuk bergerak selaras dengan beat adalah sifat yang sangat kompleks. Seperti yang dicatat Gordon, peran genetika yang diwariskan dalam sifat ini diperkirakan tidak lebih dari 16 persen, jadi jelas banyak faktor lain yang memengaruhi ritme musik semacam ini.

Yang paling menarik adalah analisis studi tentang efek lain dari gen yang ditemukan memengaruhi sinkronisasi ketukan. Menurut Gordon, banyak gen yang diidentifikasi dalam penelitian ini juga berperan dalam perkembangan saraf dan sifat biologis berirama yang penting, seperti berjalan.

"Heritabilitas diperkaya untuk gen yang terlibat dalam fungsi sistem saraf pusat, termasuk gen diekspresikan sangat awal dalam perkembangan otak dan gen di daerah subkortikal kortikal pendengaran dan motorik otak, menghubungkan arsitektur genetik & saraf ritme," kata Gordon seperti dilansir dari New Atlas, Senin (26/9/2022).

Gordon juga menemukan bahwa sinkronisasi ketukan berbagi beberapa arsitektur genetiknya dengan sifat-sifat lain, termasuk beberapa sifat yang mencakup ritme biologis seperti berjalan, bernapas, dan kronotipe sirkadian. "Kami kemudian mereplikasi asosiasi ini secara fenotipik," ungkap dia.

Salah satu kekurangan dari studi ini adalah fakta bahwa sampel genetiknya hanya terdiri dari orang-orang keturunan Eropa. Karenanya para peneliti menekankan pentingnya studi lanjutan untuk memeriksa kumpulan data genetik yang lebih luas, mereka juga mendesak para ilmuwan untuk berhati-hati, karena studi semacam ini perlu dilakukan dengan sangat hati-hati.

Dalam sebuah komentar tentang penelitian mereka, Gordon dan rekan penulis Nori Jacoby menekankan perlunya perilaku bertanggung jawab secara etis dan sosial dalam studi genetika di masa depan tentang musikalitas. 

"Sangat penting untuk memahami bahwa asosiasi genom-wide dengan sinkronisasi ketukan tidak deterministik dan bahwa kita tidak dapat membuat kesimpulan atau peringkat individu deterministik hanya berdasarkan genetika," tegas Gordon dan Jacoby. 

"Lingkungan juga memainkan peran utama (dan belum dipahami dengan baik) dalam mempengaruhi keterampilan ritme individu," tambah mereka.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement