Selasa 27 Sep 2022 12:13 WIB

Peringatan SBY Disebut Berdasar Pengalaman Pilpres Sebelumnya

Dua pasangan saja di Pilpres 2024 berpotensi membelah lagi masyarakat.

Red: Joko Sadewo
Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengingatkan adanya skenario Pilpres 2024 hanya dua pasangan calon saja. (Foto ilustrasi)
Foto: Tangkapan Layar
Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengingatkan adanya skenario Pilpres 2024 hanya dua pasangan calon saja. (Foto ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Peneliti Indikator Politik Indonesia, Bawono Kumoro, mengatakan peringatan pengaturan pilpres hanya dua pasangan calon, yang disampaikan oleh mantan Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di dalam rapimnas Partai Demokrat, harus kita letakkan di dalam konteks pengalaman dua pemilihan presiden terakhir.

“Dalam dua pilpres terakhir selalu dua pasangan calon saja  yang muncul,” kata Bawono, Selasa (27/9/2022).

Peringatan SBY mengenai skenario dua pasangan calon dalam pemilihan presiden mendatang, lanjut dia, juga harus diletakkan dalam konteks untuk merespons gagasan dua pasangan calon saja dalam pilpres, yang disampailan Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristianto, dalam sebuah diskusi diselenggarakan BRIN bulan lalu.

Menurut Bawono, keinginan dari PDIP agar pasangan calon dalam Pilpres 2024 dua pasangan calon saja adalah sebuah ironi tersendiri.  “Mengapa harus dibatasi pada dua pasangan calon? padahal saat ini sebagaimana terekam dalam survei-survei saat Indonesia memiliki figur-figur potensial dari untuk menjadi pemimpin nasional di masa depan,” papar Bawono.

Sepanjang pasangan-pasangan calon muncul dapat memenuhi ketentuan dari UU Pemilu, menurut Bawono,  maka sebaiknya dibiarkan saja muncul lebih dari dua pasangan calon. Bagi Bawono, tidak wajar apabila dari sembilan partai politik di DPR RI hanya memunculkan dua pasangan calon saja.

“Jangan paksa pemilih untuk kembali disuguhkan oleh dua pasangan calon saja sebagaimana dua pemilihan presiden terdahulu. Potensi keterbelahan pada tingkat grass root pemilih akan kembali terbuka,” ungkap dia.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement