REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Pemerintah Jerman mendesak Iran menghentikan aksi kekerasan terhadap massa pengunjuk rasa yang memprotes kematian Mahsa Amini. Berlin menyerukan Teheran untuk memberikan ruang bagi warga untuk menggelar demonstrasi damai.
“Kami menyerukan kepada pihak berwenang Iran untuk mengizinkan protes damai dan tidak menyebarkan kekerasan lebih lanjut, khususnya kekerasan yang tidak fatal, terhadap pengunjuk rasa,” kata Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Jerman dalam sebuah pernyataan, Senin (26/9/2022).
Kemenlu Jerman mengungkapkan, terkait desakan dan seruannya, mereka telah memanggil duta besar Iran di Berlin. “Kami juga mengomunikasikannya langsung kepada duta besar Iran di Berlin hari ini (Senin),” kata Kemenlu Jerman.
Organisasi Iran Human Rights (IHR) mengungkapkan, tindak kekerasan aparat keamanan Iran dalam merespons gelombang unjuk rasa memprotes kematian Mahsa Amini telah menyebabkan sedikitnya 76 orang tewas. Jumlah itu lebih banyak dibandingkan yang dilaporkan pemerintah Iran.
Direktur IHR Mahmood Amiry-Moghaddam mengatakan, kematian sudah tercatat di 14 provinsi di Iran. Jumlah korban jiwa tertinggi berada di provinsi Mazandaran, yakni sebanyak 25 orang. Sementara di ibu kota Teheran, tercatat tiga kematian.
Menurut IHR, sebagian besar keluarga dari korban tewas telah ditekan untuk tak mengadakan prosesi pemakaman umum. Mereka dipaksa menguburkan keluarganya secara diam-diam pada malam hari. “Banyak keluarga diancam dengan tuntutan hukum jika mereka mempublikasikan kematian mereka,” kata IHR dalam sebuah pernyataan, Senin lalu, dilaporkan laman Al Arabiya.
Mahmood Amiry-Moghaddam meminta masyarakat internasional mengambil tindakan terhadap Iran. “Kami menyerukan kepada masyarakat internasional untuk secara tegas dan bersatu mengambil langkah-langkah praktis untuk menghentikan pembunuhan serta penyiksaan para pengunjuk rasa,” ucapnya.
Berbeda dengan IHR, menurut data yang dirilis pemerintah Iran, jumlah korban tewas akibat kerusuhan dalam aksi unjuk rasa memprotes kematian Mahsa Amini tercatat sebanyak 41 orang. Jumlah itu termasuk beberapa anggota pasukan keamanan.