Kamis 29 Sep 2022 03:41 WIB

Dompet Dhuafa Usung Dai Pemberdaya

Seorang dai tidak harus selalu berdakwah di atas mimbar.

Dakwah islamiyah (ilustrasi).
Foto: blogspot.com
Dakwah islamiyah (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada Kamis (22/9/2022) Corps Dai Dompet Dhuafa (Cordofa) membuat terobosan program Da'ipemberdaya, di mana seorang dai tidak harus selalu berdakwah di atas mimbar, tapi sekaligus bisa melakukan kegiatan pemberdayaan ekonomi yang melibatkan masyarakat binaan dengan mengoptimalkan potensi lokal daerahnya.

Program kolaborasi dakwah dan pemberdayaan yang dilakukan oleh salah satu Dai Cordofa yang ditempatkan di Jawa Barat melakukan panen raya bawang merah di Kampung Cikawari, Desa Mekarmanik, Kabupaten Bandung. Sebanyak satu ton bawang merah berhasil di panen pada momen ini. Sebelumnya para petani telah memanen daun bawang dan bawang daun terlebih dahulu.

Baca Juga

Perwakilan Dai Pemberdaya Dompet Dhuafa Sopwan Ismail atau kerap disapa uswan ditugaskan untuk berdakwah serta memberdayakan masyarakat kampung Cikawari. Memberikan pendidikan agama pada anak-anak dan juga masyarakat dari satu pintu ke pintu masjid atau mushola adalah suatu kewajiban baginya. Namun mengelola dan mendorong potensi ekonomi maupun SDM masyarakat setempat adalah nilai tambah pengabdiannya pada masyarakat selama ini.

“Budidaya bawang merah di Cikawari merupakan kegiatan pertanian unggulan yang dilakukan secara turun temurun sejak dulu. Kami ingin melestarikan budidaya bawang merah ini. Hingga saat ini ada sekitar 5 penerima manfaat yang sudah bergabung dan terberdayakan. Harapannya dengan semakin banyak bibit bawang merah yang ditanam melebihi 500kg juga mampu meningkatkan jumlah penerima manfaat yang tergabung. Kami berharap program ini mampu mewujudkan kemandirian ekonomi keluarga yang bersifat berkelanjutan,” kata Sopwan Ismail, dalam keterangan tertulisnya kepada Republika.

Umumnya panen bawang merah dilakukan tiga kali dalam setahun. Sedang hasil panen akan sangat bergantung dengan cuaca wilayah setempat. Untuk mencapai hasil panen yang besar, selain cuaca juga ditentukan oleh banyaknya bibit bawang yang ditanam. Dalam satu kali tanam ada sekitar 200 hingga 500 bibit bawang merah yang ditanam untuk kemudian dipanen

Antusias masyarakat Cikawari terhadap bantuan ini tinggi. Mengingat potensi lahan pertanian di wilayah mereka yang luas dan subur. Hanya saja kendala selama ini yang ditemui adalah minimnya modal untuk membeli bibit bawang, pupuk, obat-obatan, sewa lahan pertanian serta pemasaran hasil panen.

Metode tanam berupa Tumpang Sari diterapkan sebagai salah satu bentuk antisipasi jika harga jual bawang anjlok di pasaran. Adapun tanaman hortikultura lainnya yang dijadikan alternatif oleh masyarakat setempat jika gagal panen dikarenakan harga anjlok ataupun cuaca yang tidak menentu yaitu bawang daun, daun kol peca, dan cabai.

"Kami sangat senang dengan adanya program ini. Kami sangat merasakan dampaknya pada perekonomian keluarga kami," ungkap penerima manfaat program petani bawang merah Kampung Cikawari, Enjang.

"Kampung Cikawari ini memiliki tanah yang subur untuk pertanian hortikultura. Lahan sudah ada, bibit sudah ada, dan SDM pun sudah tersedia. Semoga ini menjadi iktiar yang lebih baik tidak hanya untuk mewujudkan masyarakat yang mandiri secara ekonomi, tetapi juga masyarakat mendapatkan berkah yang dapat menjadi tabungan amal untuk kehidupan akhirat nanti," kata Pimpinan Dompet Dhuafa Jabar, Andriansyah.

Kegiatan panen raya bawang merah lebih berkesan karena dihadiri langsung oleh GM layanan sosial Dompet Dhuafa Pusat Panji Juperta. "Seorang da'i tidak harus selalu dakwah di atas mimbar, melakukan kegiatan pemberdayaan ekonomi bisa menjadi jalan pintu masuk dakwah. Budidaya bawang merah di Cikawari merupakan bagian dari melestarikan potensi lokal agar generasi selanjutnya tetap bangga bahwa daerahnya adalah penghasil bawang merah terbaik di Jawa Barat," kata dia.

"Dalam kegiatan pertanian mengandung banyak nilai-nilai dakwah, bertani mengajarkan hidup penuh syukur, jangan sombong dan takabur. Karena jika sombong dan takabur karena merasa menguasai produksi tani, jika Allah Subhanahu wa Ta'ala berkehendak maka panen akan gagal karena hama dan lainnnya. Perlu keselarasan antara tetap bekerja dan beribadah, karena tujuan akhir kita agar selamat dunia akhirat", lanjut Panji.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement