Jumat 30 Sep 2022 14:16 WIB

Sebuah Virus Sebabkan Ratusan Sapi dan Kerbau di India Mati

Wabah virus ini telah memicu hilangnya pendapatan bagi peternak sapi.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Pekerja mengeluarkan bangkai sapi yang mati setelah terinfeksi penyakit kulit kental di tempat penampungan sapi di Jaipur, negara bagian Rajasthan, India, 21 September 2022. Sapi dan kerbau yang terinfeksi demam dan memiliki benjolan di kulitnya. Penyakit virus yang disebarkan oleh serangga seperti nyamuk dan kutu telah membunuh sedikitnya 100.000 sapi dan kerbau di India dan membuat sakit lebih dari 2 juta.
Foto: AP Photo/ Vishal Bhatnagar
Pekerja mengeluarkan bangkai sapi yang mati setelah terinfeksi penyakit kulit kental di tempat penampungan sapi di Jaipur, negara bagian Rajasthan, India, 21 September 2022. Sapi dan kerbau yang terinfeksi demam dan memiliki benjolan di kulitnya. Penyakit virus yang disebarkan oleh serangga seperti nyamuk dan kutu telah membunuh sedikitnya 100.000 sapi dan kerbau di India dan membuat sakit lebih dari 2 juta.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Sebuah virus telah membunuh hampir 100 ribu sapi dan kerbau di India. Virus ini membuat lebih dari 2 juta sapi dan kerbau lainnya sakit.

Wabah virus ini telah memicu hilangnya pendapatan bagi peternak sapi. Penyakit ini tidak hanya menyebabkan kematian tetapi juga dapat menyebabkan penurunan produksi susu, hewan menjadi kurus, dan masalah kelahiran.

Baca Juga

Penyakit yang disebut sebagai penyakit kulit kental ini disebarkan oleh serangga yang meminum darah seperti nyamuk dan kutu. Sapi dan kerbau yang terinfeksi virus mengalami demam dan timbul benjolan di kulitnya.

Kantor berita Press Trust of India melaporkan, virus telah menyebar ke 15 negara bagian dengan jumlah kematian sapi dan kerbau hampir dua kali lipat dalam tiga minggu. Pakar kebijakan pertanian di Kota Chandigarh, Devinder Sharma, mengatakan, penularan virus yang menyebar di antara sapi memiliki dampak yang tidak proporsional pada petani kecil. Banyak dari mereka telah melindungi diri dari guncangan perubahan iklim dengan memelihara sapi untuk diambil susunya.  

"Ini adalah masalah yang serius dan ini (penyakit) telah berkembang sejak beberapa tahun terakhir," kata Sharma.

Kasus virus yang menyerang sapi dan kerbau pertama kali terdeteksi pada 2019. Sejak itu virus menyebar ke India, Cina, dan Nepal. Virus ini pertama kali ditemukan di Zambia pada 1929 dan telah meluas melalui Afrika. Bahkan baru-baru ini menyebar ke beberapa bagian Eropa.

Susu adalah salah satu komoditas pertanian terbesar di India, yang mempekerjakan 80 juta orang dan menyumbang perekonomian sebesar 5 persen. India adalah produsen susu terbesar di dunia. India menyumbang  lebih dari seperlima dari total produksi global. 

Pihak berwenang memvaksinasi sapi sehat menggunakan suntikan yang dirancang untuk penyakit serupa. Sementara upaya sedang dilakukan untuk mengembangkan vaksin yang lebih efektif.

Pedalaman India yang luas sekarang diselingi oleh kuburan massal sapi.  Di beberapa tempat, bangkai membusuk di tempat terbuka dan tangisan kesakitan hewan yang sakit bergema di desa-desa.  Negara bagian Rajasthan Barat telah mengalami dampak terburuk. Sebanyak 60.000 ternak mati dan hampir 1,4 juta jatuh sakit.

“Penyakit ini menular.  Sekarang bergeser dari barat ke timur,” ujar seorang direktur di Departemen Peternakan negara bagian Rajasthan, Narendra Mohan Singh.

Di perbatasan negara bagian Uttar Pradesh, yang terpadat di India, perdagangan dan pergerakan ternak dengan negara bagian tetangga telah dibatasi. Tapi seorang petani Amarnath Sharma di desa Milkipur mengatakan, mereka dibiarkan dalam kegelapan.  Tiga dari lima sapi milik Sharma sakit. Dia telah mendengar tentang penyakit virus itu, tapi dia tidak tahu bagaimana membantu ternaknya.

“Jika hewan-hewan ini tidak mendapatkan pengobatan, mereka akan mati,” kata Sharma.

 

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement