Rabu 05 Oct 2022 17:12 WIB

Rumah Terdampak Pergeseran Tanah Kampung Curug Dibangun dan Diperbaiki

Rumah terdampak pergeseran tanah di Kampung Curug Bogor telah dibangun dan diperbaiki

Red: Bilal Ramadhan
Kondisi jalan yang rusak akibat pergerakan tanah di Bojong Koneng, Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Rumah terdampak pergeseran tanah di Kampung Curug Bogor telah dibangun dan diperbaiki.
Foto: ANTARA/Yulius Satria Wijaya
Kondisi jalan yang rusak akibat pergerakan tanah di Bojong Koneng, Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Rumah terdampak pergeseran tanah di Kampung Curug Bogor telah dibangun dan diperbaiki.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR — Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Pertanahan (DPKPP) Kabupaten Bogor melakukan pembangunan kembali atau rekonstruksi dan perbaikan atau rehabilitasi, terhadap 63 rumah di Kampung Curug, Desa Bojong Koneng, Kabupaten Bogor yang terdampak pergeseran tanah.

Anggaran pembangunan dan perbaikan tersebut diambil dari pos Belanja Tidak Terduga (BTT) Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Bogor senilai total Rp 978 juta.

Baca Juga

Kepala Bidang Perumahan pada DPKPP Kabupaten Bogor, Dede Armansyah, menyebutkan ada 10 rumah yang akan dibangun kembali karena kondisinya rusak berat. Sementara itu, ada 53 rumah yang akan diperbaiki.

“Itu sudah kita sampaikan ke masyarakat untuk melakukan perbaikan dan pembangunan kembali 63 rumah itu sudah kami salurkan dananya. Kami ambil dari pos anggaran BTT. Itu sudah kita sampaikan minggu lalu, Rp 978 juta,” kata Dede kepada Republika, Rabu (5/10).

Dede menyebutkan, anggaran Rp 978 juta tersebut termasuk dengan biaya untuk sewa rumah. Dimana terdapat 10 kepala keluarga (KK) yang rumahnya mengalami rusak berat dan tidak dapat dihuni, sehingga harus dibangun kembali.

Dari data DPKPP Kabupaten Bogor, Rp 978 juta tersebut terdiri atas Rp 463 juta untuk perbaikan 53 rumah, Rp 500 juta untuk pembangunan kembali 10 rumah, serta Rp 15 juta untuk sewa 10 unit rumah selama tiga bulan.

“Jadi 10 rumah yang mau kita rekonstruksi memang nggak bisa dihuni, jadi mereka kita berikan uang sewa selama tiga bulan terhadap 10 KK tersebut,” jelas Dede.

Lebih lanjut, ia menjelaskan, sebelumnya Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) telah melakukan kajian di lokasi yang mengalami pergeseran tanah. Setelah dilakukan kajian, ditemukan daerah yang mengalami pergerakan tanah yang cukup intensif selama beberapa waktu belakangan.

Beruntungnya, kata dia, Kampung Curug tidak termasuk daerah yang mengalami pergerakan atau pergeseran tanah yang intensif. Sehingga, dua pihak tersebut membuat delineasi mana daerah yang mengalami pergerakan intensif dan mana yang tidak.

“Memang dia pernah mengalami pergerakan  tanah pada periode yang lalu, yang ada pemukiman, itu beberapa periode lalu dan tahun-tahun sebelumnya mengalami pergerakan. Nah namun kita lihat di peristiwa sekarang dia relatif sudah stabil,” jelasnya.

Oleh karena itu, sambung Dede, pada rumah tinggal yang hanya mengalami rusak ringan, sedang, dan berat tapi sesungguhnya tidak mengalami pergerakan tanah yang relatif masif, itu akan direhabilitasi atau perbaiki.

Sedangkan, lanjut dia, ada 10 rumah yang memgalami rusak berat akan dibangun denhan konstruksi bangunan standar. Mengikuti sebuah rumah yang tahan dari pergerakan tanah dan tidak rusak di kawasan tersebut.

“Jadi terhadap yang mau kita rekonstruksi dengan merefer pada kondisi rumah sebelahnya relatif tidak mengalami kerusakan, jadi mau kita bangun kembali dengan konstruksi standar rumah. Harapannya dia masih bisa menenggang apabila terjadi pergerakan tanah,” ujar Dede.

Kendati demikian, menurut Dede, DPKPP akan terus melihat perkembangan terhadap lokasi pembangunan 10 rumah tersebut, apakah masih mengalami pergerakan atau tidak. Namun, sejauh ini sejak tiga pekan lalu sudah tidak ada lagi pergerakan maupun pergeseran tanah.

“Kalau mengalami gerakan lagi, kita akan lakukan rekonstruksi di tempat semula,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement