REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Muhammad merupakan salah satu tokoh dunia yang berpengaruh. Sebagai utusan Allah yang terakhir, Rasulullah hidup saat penindasan terjadi pada mereka yang lemah, bayi perempuan dikubur hidup-hidup, dan masyarakat yang menyembah berhala. Kedatangan Rasulullah ke dunia bertujuan mengubah semua itu.
Rasulullah, pria yang luar biasa
Pengikut Nabi tahu bahwa Rasulullah adalah pria yang mempunyai kelebihan. Dia unggul dalam semua bidang. Allah berfirman dalam surat Al-Qalam ayat 4:
وَاِنَّكَ لَعَلٰى خُلُقٍ عَظِيْمٍ
“Sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
Sebagai anak yatim piatu dia bekerja sebagai penggembala. Masa remajanya dia habiskan untuk menemani pamannya yang bekerja sebagai pedagang. Dalam perjalanan inilah dia belajar menjadi pengusaha yang hebat, mendapatkan reputasi sebagai orang yang dapat dipercaya, dan mendapat julukan Al-Amin (yang dapat dipercaya).
Bisnis dan pernikahan
Pada usia 20 tahun-an, Rasulullah mulai bekerja dan menikah dengan pengusaha wanita bernama Khadijah. Mereka menjalankan bisnis dan membesarkan keluarga. Nabi Muhammad unggul dalam urusan bisnis dan pernikahannya.
Karena kejujuran dan transaksinya yang adil dengan semua orang, dia juga dikenal sebagai Al-Shadiq (yang jujur). Rasulullah adalah seorang pria yang lembut dan ramah.
Dia mampu berlaku adil dan banyak orang yang datang untuk meminta nasihat atau menengahi perselisihan. Ketika dia berusia 40 tahun, Nabi Muhammad terkejut mengetahui dia menjadi utusan Allah yang terakhir.
Setelah kenabian
Setelah kenabian, hidup Nabi Muhammad berubah. Namun, dia mampu menaklukkan ketakutannya. Dia memiliki lingkaran pertemanan yang baik. Bersama para sahabatnya, dia menghadapi ujian dari Allah.
Nabi Muhammad sangat menyadari betapa besar tanggung jawab menjadi rasul. Oleh karena itu, dia sangat berhati-hati untuk mengajarkan Islam. Dia memperingatkan para pengikutnya tidak memujanya seperti Yesus, putra Maryam.
Pandangan non-Muslim tentang Nabi Muhammad
Dilansir About Islam, Rabu (5/10/2022), banyak tokoh yang telah menulis tentang Nabi Muhammad atau mengemukakan pendapatnya. Misal, penulis, penyair, dan politisi Prancis Alphonse Marie Louis de Prat de Lamartine pada abad ke-19 yang mengatakan Rasulullah merupakan filsuf, rasul, legislator, pejuang, penakluk ide, pemulih dogma rasional, kultus tanpa gambar, pendiri dua puluh kerajaan terestrial dan satu kerajaan spiritual.
“Mengenai semua standar yang dengannya kebesaran manusia dapat diukur, kita mungkin bertanya, apakah ada orang yang lebih besar dari dia?” (Histoire de la Turquie, 276-77)
Pada abad ke-20, filsuf India, psikolog, parapsikolog, pendidik, guru, peneliti dan administrator, Koneru Ramakrishna Rao menulis tentang Nabi Muhammad. Menjelang akhir esai dia berkata “Kepribadian Muhammad! Paling sulit untuk masuk ke dalam kebenaran itu. Hanya sekilas saja yang bisa saya tangkap. Sungguh suksesi dramatis dari adegan-adegan indah. Ada Muhammad, Nabi. Ada Muhammad, Sang Pejuang. Muhammad, Pengusaha. Muhammad, Negarawan. Muhammad, Sang Orator. Muhammad, Sang Pembaharu. Muhammad, Pelindungan Anak Yatim. Muhammad, Pelindung Budak Muhammad, Emansipator Wanita Muhammad, Hakim…”