Rabu 12 Oct 2022 00:45 WIB

Petani tak Nikmati Tingginya Harga Garam 

Harga garam di tingkat petani saat ini mencapai Rp 1.400 – Rp 1.500 per kilogram.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Agus Yulianto
Petani memanen garam di Losarang Indramayu, Jawa Barat.
Foto: Antara/Dedhez Anggara
Petani memanen garam di Losarang Indramayu, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID,  INDRAMAYU -- Masa produksi garam yang berlangsung singkat pada tahun ini, telah mendokrak harga garam. Namun, petani garam tak bisa menikmatinya karena rendahnya produksi garam mereka.

Salah seorang petani garam di sentra garam Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu, Robedi, menyebutkan, harga garam di tingkat petani saat ini mencapai Rp 1.400 – Rp 1.500 per kilogram. Padahal biasanya, harga garam dibawah Rp 1.000 per kilogram.

"Harga garam saat ini tinggi sekali," kata Robedi, Selasa (11/10).

Selain harga tinggi, lanjut Robedi, penjualan garam pun laris karena banyak permintaan. Para petani garam pun memilih langsung menjual garamnya dan tidak menyimpannya.

Meski demikian, Robedi mengakui, petani garam tetap tidak bisa menikmati keuntungan dari tingginya harga garam tersebut. Pasalnya, produksi garam mereka saat ini rendah akibat singkatnya musim kemarau.

Robedi menjelaskan, dalam kondisi normal, produktivitas garamnya semestinya bisa mencapai 100 ton per hektare. Namun saat ini, produktivitas garamnya baru di kisaran 10 ton per hektare.

"Jadi ya walaupun harga mahal, petani garam tidak bisa menikmatinya karena produksi garamnya rendah sekali. Berbeda kalau harga tinggi dan produksi juga tinggi, pasti untung," ucap Robedi.

Hal itu diakui oleh Ketua Asosiasi Petani Garam (Apgasi) Jawa Barat, M Taufik. Dia menyatakan, harga garam saat ini memang tinggi karena produksi garam petani terbatas.

Taufik menyebutkan, dalam kondisi normal, produktivitas garam di Jabar pada Oktober semestinya sudah mencapai 50 ton per hektare. Namun sepanjang musim garam 2022 ini, produktivitas garam baru menghasilkan sekitar lima ton per hektare. "Turun sampai 90 persen," kata dia.

Taufik mengungkapkan, tingginya harga garam saat ini telah mendorong para petani garam untuk mempercepat masa panen mereka. Biasanya, garam dipanen dalam usia lebih dari seminggu di tambak.

Namun saat ini, usia garam yang dipanen hanya berkisar dua sampai tiga hari.

"Petani garam memanfaatkan momen harga garam yang tinggi. Akibatnya, kualitas garam jadi rendah karena sebatas asal jadi (garam), langsung dipanen," ujar Taufik.

Taufik menyatakan, kondisi para petani garam tahun ini sangat terpuruk. Meski demikian, tak ada yang bisa mereka lakukan kecuali hanya pasrah dan berdoa. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement