REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Rasulullah SAW mengkhawatirkan tabiat para wanita, yang menyebabkan mereka akan merugi di akhirat kelak. Kekhawatiran itu terlihat dari sabda Nabi Muhammad SAW melalui hadits berikut ini:
َأُرِيتُ النَّارَ فَلَمْ أَرَ مَنْظَرًا كَالْيَوْمِ قَطُّ أَفْظَعَ وَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاءَ ، قَالُوا : بِمَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ : بِكُفْرِهِنَّ ، قِيلَ : يَكْفُرْنَ بِاللَّهِ ، قَالَ : يَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ وَيَكْفُرْنَ الإِحْسَانَ لَوْ أَحْسَنْتَ إِلَى إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ كُلَّهُ ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا قَالَتْ مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ
“Saya diperlihatkan neraka. Saya tidak pernah melihat pemandangan seperti hari ini yang sangat mengerikan. Dan saya melihat kebanyakan penghuninya adalah para wanita. Mereka(para sahabat-ed) bertanya, ‘Kenapa wahai Rasulallah? Beliau bersabda, ‘Dikarenakan kekufurannya.' Lalu ada yang berkata, 'Apakah kufur kepada Allah?' Beliau menjawab, ‘Kufur terhadap pasangannya, maksudnya adalah mengingkari kebaikannya. Jika anda berbuat baik kepada salah seorang wanita sepanjang tahun, kemudian dia melihat anda (sedikit) kejelekan. Maka dia akan mengatakan, ‘Saya tidak melihat kebaikan sedikitpun dari Anda.”
Dr Karim Asy-Syadzili dalam buku terjemahan 'Kado Pernikahan' terbitan Insan Kamil, menjelaskan, seorang wanita biasa menggunakan kata-kata umum dan bahasa kiasan saat mengungkapkan suatu hal.
Misalnya perkataan 'Kau belum pernah memperhatikan diriku', yang maksud sebenarnya dari perempuan tersebut ialah 'Tolong perhatikan aku', atau 'Berilah aku hadiah', atau 'Ajaklah aku jalan-jalan'."
Bahkan, ketika wanita mengatakan 'Kamu belum pernah mencintaiku', maka maksud sebetulnya yang dia ingin sampaikan adalah 'Katakanlah kepadaku bahwa kamu mencintaiku.'
"Mungkin kalimat atau gaya bahasa serta ungkapan yang biasa digunakan oleh wanita itulah yang menjadi sebab Rasulullah SAW mewanti-wanti para wanita dengan hadits tersebut," demikian penjelasan Karim Asy-Syadzili.
Dia memaparkan, masalah rumah tangga sering diawali dengan ketidakpahaman suami terhadap tabiat wanita tersebut, dan pengingkaran istri terhadap kebaikan suami. Akibatnya masalah pun muncul dalam rumah tangga.
Suami yang cerdas dan baik budinya, terang Asy-Syadzili, adalah mereka yang mengetahui tabiat sang istri dan tidak terlalu mempersoalkan kata-kata kiasan atau ungkapan umum yang keluar dari mulut istrinya. Sebab seharusnya suami menyadari apa yang dikatakan oleh istri itu bukanlah maksud yang sebenarnya.
"Melainkan adalah sarana untuk mendapatkan perhatian lebih dan mengapresiasikan lebih besar dari apa yang ada di dalam benaknya," jelasnya.
Mengutip pakar hubungan sosial dan kekeluargaan, Asy-Syadzili menyampaikan, bahasa yang digunakan istri dan suami itu berbeda. Menurut para pakar itu, wanita saat menyampaikan suatu hal selalu menggunakan kata-kata yang mengandung gaya bahasa untuk mengungkapkan isi hatinya.
Artinya, istri selalu tidak lugas dalam menyampaikan perasaannya, sehingga suami perlu memahami makna di balik perkataannya.