REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Kementerian Keuangan Jepang mengatakan impor Negeri Sakura tumbuh 40 persen lebih selama lima bulan berturut-turut sampai September, tembus rekor nilai tertingginya. Sementara yen semakin merosot karena biaya bahan bakar yang sudah tinggi.
Lonjakan impor melampaui pertumbuhan ekspor, menghasilkan defisit perdagangan mencapai 2 triliun yen atau 13,34 miliar dolar. Ini memperpanjang 14 bulan ketidakseimbangan neraca yang dapat menambah tekanan pada nilai mata uang Jepang.
Defisit terus-menerus akan memperburuk kondisi perdagangan Jepang, mengeluarkan pendapatan domestik ke luar negeri. Sehingga menekan daya beli Jepang.
Setelah sempat disambut baik karena dinilai akan membuat ekspor lebih kompetiti, pelemahan yen kini dinilai merugikan rumah tangga dan ritel karena kenaikan harga bahan bakar dan makanan impor. Penurunan tajam yen juga meningkatkan ketidakpastian bagi perusahaan untuk mengambil keputusan bisnis.