REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Telegram mengumumkan akan melelang nama pengguna untuk aplikasi perpesanannya melalui platform berbasis blockchain. Saingan WhatsApp tersebut mengatakan mereka akan menggunakan blockchain The Open Network (TON) untuk menjadi tuan rumah lelang yang mengakibatkan harga token crypto Toncoin yang terkait melonjak lebih dari 10 persen.
Platform ini awalnya dikembangkan untuk diintegrasikan dalam aplikasi Telegram. Namun, gugatan dari Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) menyebabkan platform ditinggalkan pada tahun 2020.
Proyek blockchain kemudian diambil oleh pengembang yang mendirikan TON Foundation yang sejak itu telah didukung oleh pendiri Telegram Pavel Durov. Ini telah digunakan untuk menyelenggarakan lelang untuk nama pengguna dompet kripto dengan beberapa nama populer terjual lebih dari 200 ribu dolar AS atau sekitar Rp 3 miliar.
Dilansir Independent, Senin (24/10/2022), Durov pertama kali mengusulkan gagasan untuk memperluas lelang ke nama pengguna untuk aplikasi perpesanan awal tahun ini. Dia menulis kepada pengikutnya di platform bahwa lelang dapat mencakup nama pengguna, grup, dan nama saluran.
“Ini akan menciptakan platform baru di mana pemegang nama pengguna dapat mentransfernya ke pihak yang berkepentingan dalam kesepakatan yang dilindungi dengan kepemilikan dijamin di blockchain melalui kontrak pintar seperti NFT. Elemen lain dari ekosistem Telegram, termasuk saluran, stiker, atau emoji, nantinya juga dapat menjadi bagian dari pasar ini,” kata Durov.
Pada Kamis, Telegram mengonfirmasi pasar terdesentralisasi hampir siap menjadi tuan rumah lelang nama pengguna unik untuk 700 juta penggunanya. "Fase pengembangan hampir berakhir dan platform lelang akan segera diluncurkan," kata perusahaan itu dalam sebuah postingan blog.