Ahad 30 Oct 2022 16:16 WIB

ISNU: NU Sangat Berkomitmen dengan Perdamaian Dunia

Yang dicita-citakan NU adalah satu negara yang aman dan damai.

Rep: Haura Hafizah/ Red: Agung Sasongko
Nahdlatul Ulama
Nahdlatul Ulama

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA-- Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Ali Masykur Musa mengatakan Nahdlatul UIama (NU) punya komitmen yang sangat tinggi dengan perdamaian dunia. Menurutnya, hubungan dengan negara lain adalah keniscayaan.

"Sejak NU berdiri, KH Hasyim Asy'ari punya pandangan yang sangat mendalam bahwa hubungan dengan negara lain adalah keniscayaan. Satu negara dengan negara yang lain tidak bisa dipisahkan. Yang dicita-citakan NU adalah satu negara yang aman dan damai," katanya pada webinar hari santri dengan tema 'Santri, Diplomasi dan Perdamaian Dunia', Sabtu (29/10/2022).

Baca Juga

Kemudian, ia melanjutkan, ketika negara itu berdaulat maka negara lain tidak akan menyerang negara tersebut. Kedaulatan negara menjadi benteng untuk menangkal serangan dari luar.

Ia menambahkan para ulama NU membentuk Komite Hijaz. Ini sebuah kepanitiaan kecil yang diketuai oleh KH Abdul Wahab Chasbullah. Panitia ini bertugas menemui raja Ibnu Saud di Hijaz (Saudi Arabia) untuk menyampaikan beberapa permohonan.

Ia menjelaskan komite bertugas menyampaikan sejumlah permohonan. Seperti, memohon agar semua hukum yang berlaku di negeri Hijaz, ditulis dalam bentuk undang-undang agar tidak terjadi pelanggaran terhadap undang-undang tersebut.

"Santri aktif dalam berdiplomasi untuk menciptakan kedaiaman dunia. Nah, hal itu jadi pegangan politik luar negeri," kata dia.

Sementara itu, Konsul Jenderal RI di New York Arifi Saiman mengatakan diplomasi santri merupakan diplomasi jalur dua (citizen diplomacy) yang menampilkan santri sebagai pelaku utama (core player).

"Istilah Santri pada awalnya berasal dari bahasa Sansekerta “Shastri” yang berarti murid atau mahasiswa setelah bertahun-tahun menempuh pendidikan, bahkan hingga level pendidikan tinggi,"kata dia.

Ia menjelaskan terdapat diplomasi nahdlatul ulama periode pertama pada 2005. Pertama, pertemuan dengan Raja Thailand, Bhumibol Adulyadej. Kedua, pertemuan dengan Perdana Menteri Thailand, Thaksin Shinawatra .

"Ketiga, pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Thailand. Keempat, pertemuan dengan Ketua Majelis Ulama Thailand," kata dia.

Lalu, ada pertemuan dengan Wali Agama Buddha Thailand dan juga pertemuan dengan mantan Menteri Luar Negeri Thailand yang juga seorang cendekiawan muslim Surin Pitsuwan.

"Adapun capaian konkret diplomasi santri. Salah satunya tetap terlaksananya kebebasan bermahzab di Tanah Hijaz (Mekkah dan Madinah) dan terjaganya nilai kesejarahan islam,"kata dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement