REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA --Pada 2017 Kementerian Sosial RI pernah merilis data tentang fenomena fatherless country. Yaitu kondisi di mana tidak adanya figur, peran, kehadiran dan keterlibatan ayah dalam keluarga di suatu negara.
Mirisnya Indonesia berada di urutan ketiga teratas negara yang mengalami fenomena fatherless country. Salah satu di antara penyebabnya adalah tingkat kesibukan ayah yang tinggi.
Sehingga tidak adanya waktu untuk bersama keluarga. Kondisi ini pun berdampak pada banyak hal, salah satunya adalah pada psikologis anak yang berujung pada munculnya berbagai masalah sosial pada anak.
Padahal dalam ajaran Islam peran dan figur ayah sangat penting dalam tumbuh kembang anak terutama dalam menanamkan akhlak mulia pada anak. Pendakwah ustaz Erick Yusuf mengatakan Alquran terutama pada surat Lukman ayat 13 menyoroti tentang pentingnya peran ayah dalam menanamkan nilai-nilai baik dan prinsip kehidupan pada anak.
Dengan segudang kesibukan dam rutinitasnya, menurut ustaz Erick ayah harus dapat bekerjasama dengan ibu dalam menjalankan fungsinya. Sehingga figur dan peran ayah di tengah keluarga tidak hilang.
"Kehadiran seorang ayah di dalam psikologi atau pun akhlak itu penting sekali di masa saat ini. Tantangannya seperti di saat krisis ekonomi seperti ini, pasti akan membuat para ayah menghabiskan waktunya di luar untuk berjihad mencari nafkah. Karenanya harus bekerjasama suami dengan istri," kata ustaz Erick kepada Republika beberapa waktu lalu.
Kaum Ayah juga harus memiliki waktu khusus bersama keluarga yang diisi dengan amaliyah yang berkualitas. Menurut ustaz Erick, orang-orang saleh terdahulu kerap menjadikan waktu subuh sebagai moment berkualitas untuk membimbing, mendidik, mencurahkan perhatian lebih keluarganya.
Pada waktu tersebut dapat digunakan ayah untuk menunaikan shalat berjamaah bersama keluarga, bertadarus bersama, hingga menanamkan nilai-nilai kebaikan serta berbincang tentang persoalan keluarga. Pada sisi lain menurut ustaz Erick keluarga pun harus proaktif untuk bisa mendapatkan momen bersama ayah bila ayah memiliki rutinitas harian yang padat.
"Kita lihat betapa Rasulullah itu sangat family time. Artinya hangat dengan keluarganya, bercanda dengan istrinya, cucunya. Rasulullah betul-betul mengoptimalkan waktu beliau ketika di rumah dan ketika di luar rumah," katanya.
Sementara itu Pakar Pendidikan Universitas Islam Bandung, Alhamuddin mengatakan figur ayah berperan penting dalam membangun pendidikan keluarga. Menurutnya seorang ayah cenderung menyikapi berbagai persoalan hidup dengan rasional dan logis.
Ia pun memiliki ketegaran menghadapi berbagai cobaan. Hal ini menurutnya sangat dibutuhkan oleh anak sehingga memiliki figur untuk diteladani dalam menyelesaikan berbagai masalah. Seorang anak juga akan belajar kepemimpinan dari sosok ayahnya. Karena itu menurutnya dalam membangun pendidikan keluarga seorang ayah harus memberi teladan yang baik dalam setiap sikap dan perilakunya.
"Jadi selain kepemimpinan yang penting dimiliki seorang ayah adalah keteladanan dalam sikap dan perilakunya. Jadi walaupun tidak banyak bicara dia akan langsung memberi teladan pada anak," katanya.
Alhamuddin mengatakan Rasulullah SAW telah memberikan teladan tentang bagaimana cara kaum ayah mentarbiyah keluarga terutama anak-anak. Di tengah misinya menyampaikan risalah Allah dan membersamai umat, Rasulullah tetap dapat meluangkan waktu bersama keluarga dan memberikan pendidikan kepada keluarganya.
Maka dari itu, menurutnya sesibuk apapun rutinitas kaum ayah di masa kini hendaknya dapat mengatur waktu agar bisa bersama dan memberikan bimbingan dan pendidikan bagi keluarganya. Sehingga anak-anak pun menemukan figur ayah dan merasakan kasih sayang dan perhatiannya. Menurutnya ayah yang bekerja jauh dari keluarga dapat mensiasati dengan telepon atau pun panggilan video untuk terus membangun interaksi dengan anak dan istri dan memberikan nasihat-nasihat kebaikan
Selain itu menurut Alhamuddin kaum ayah juga harus dapat menjaga interaksi dengan setiap anggota keluarga terutama anak dan istrinya. Menurutnya perhatian ayah pada hal-hal kecil akan membekas pada anak saat telah dewasa.
Lebih lanjut Alhamuddin mengatakan ayah juga dapat memberikan pujian atau penghargaan atas capaian anaknya. Hal tersebut akan lebih membangkitkan kepercayaan dirinya. Sebaliknya ayah harus menghindari perkataan yang dapat merusak mental dan kepercayaan diri anak. Selain itu dalam membangun pendidikan masa kini seorang ayah harus senantiasa beradaptasi dengan hal-hal baru sesuai dengan perkembangan zaman. Misalnya beradaptasi dengan perkembangan teknologi.
"Masa golden age itu akan selalu terngiang pada anak anak. Jadi yang utama ayah itu harus memahami perannya dan fungsinya dalam keluarga. Ayah tidak hanya mencari nafkah tetapi dia juga harus memberikan teladan dan pendidikan yang baik untuk anak dan istrinya," katanya.