Senin 07 Nov 2022 18:59 WIB

Harga Garam Melonjak, Pengusaha Telur dan Ikan Asin Terdampak

Harga garam di tingkat petani saat ini mencapai Rp 2.000 per kilogram.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Andi Nur Aminah
Petani garam mengumpulkan garam yang sudah jadi (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Petani garam mengumpulkan garam yang sudah jadi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Harga garam di tingkat petani di Kabupaten Indramayu kini semakin melonjak. Meski menggembirakan petani garam, namun di sisi lain kondisi itu dikeluhkan para pengusaha telur asin maupun ikan asin.

Salah seorang petani garam asal Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu, Ali Mustadi, menyebutkan, harga garam di tingkat petani saat ini mencapai Rp 2.000 per kilogram.

Baca Juga

Harga itu mengalami kenaikan dibandingkan pada pekan kedua Oktober 2022 yang ada di kisaran Rp 1.400 hingga Rp 1.500 per kilogram. Padahal biasanya, harga garam hanya dibawah Rp 1.000 per kilogram.

Lonjakan harga garam itu terjadi seiring singkatnya masa produksi garam, akibat pendeknya musim kemarau tahun ini. Hal tersebut mengakibatkan produksi garam petani menjadi minim.

"Untuk di tingkat pedagang/lapak penjual, harga garam sudah mencapai Rp 3.000 per kilogram karena dihitung juga biaya angkut, transportasi, gudang dan sebagainya," ujar Ali, Senin (7/11).

Ali menjelaskan, saat ini tata niaga garam sangat bergantung pada mekanisme pasar. Dengan demikian, saat stok garam menipis atau kosong, maka harganya menjadi mahal.

Namun sebaliknya, lanjut Ali, ketika cuaca normal dan produksi garam naik sehingga stoknya melimpah, harga garam menjadi hancur. Bahkan, pernah hanya dihargai Rp 200 per kilogram.

Sementara itu, kenaikan harga garam saat ini membuat para pelaku usaha yang mengandalkan garam krosok sebagai bahan bakunya menjadi terpukul. Seperti misalnya, pelaku usaha telor asin dan ikan asin.

Seorang pemilik usaha telor asin asal Kecamatan Anjatan, Kabupaten Indramayu, Midi, mengatakan, tingginya harga garam membuat usahanya ketar-ketir. Dia pun tidak bisa lagi memproduksi telor asin besar-besaran karena membengkaknya modal akibat mahalnya harga garam.

"Saya membutuhkan garam sebanyak dua kuintal per minggunya. Dengan bertambahnya modal untuk membeli garam, saya rencananya mau menaikkan harga telor asin," tutur Midi.

Seorang pengusaha pengolahan ikan asin di pantai Eretan, Rudi, juga mengeluhkan mahalnya harga garam. Apalagi di saat bersamaan, ikan juga sulit diperoleh karena cuaca buruk. "Jadi terpaksa menurunkan produksi, hanya sesuai permintaan pasar," tandas Rudi.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement