REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Amir Faisal, CEO Perfekto untuk Indonesia
Pilpres 2024 sudah hampir di depan mata. Sejumlah bakal calon dan partai terus melakukan komunikasi politik agar dapat terlibat dan berkontribusi besar dalam pesta demokrasi terbesar di Republik Indonesia ini.
Sebut saja empat nama yang begitu menguat sebagai capres mendatang, seperti Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, Anies Baswedan dan Puan Maharani. Namun kali ini kita mencoba untuk melihat sosok cawapres, dari beberapa nama cawapres yang telah muncul, sebut saja Erick Thohir
Sosok Menteri BUMN Erick Thohir, yang sudah memastikan tidak akan terpilih menjadi presiden Indonesia untuk menggantikan Jokowi. Karena menurut Erick, trennya presiden yang nantinya terpilih pasti orang Jawa.
Padahal jauh sebelumnya Erick Juga digadang-gadang sebagai salah satu nama yang sangat berpotensial untuk menjadi calon presiden, banyak dukungan yang mendorong Erick untuk maju sebagai capres, tentunya hal itu tidak terlepas dari segudang prestasi yang ditorehkannya selama menjabat sebagai Menteri BUMN.
Namun dalam politik, statement yang diungkap oleh Erick Thohir ini merupakan sebuah pesan kepada para elite politik, bahwa dirinya hanya akan maju sebagai cawapres bukan capres.
Sosok Erick yang mampu mentransformasi BUMN selama beberapa tahun ini dan pernah menjadi ketua tim pemenangan Presiden Jokowi menjadi modal besar bagi dirinya untuk berkompetisi di ajang pesta demokrasi kali ini. Erick Thohir yang berlatar belakang sebagai profesional dan pengusaha bisa menjadi cawapres paling ideal untuk mencari titik temu atau titik tengah diantara koalisi partai, terutama partai Koalisi Indonesia Bersatu. Ia berpotensi besar dapat diterima oleh seluruh lapisan dalam struktural partai koalisi.
Rekam jejak Erick saat menjadi Ketua Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Makruf, Erick berhasil memainkan peran yang sangat penting dan menjadi salah satu sosok pemersatu bagi partai pendukung. Ia memiliki rekam jejak dengan kepemimpinan yang baik, elektabilitas yang menunjang dan dekat dengan kalangan nahdliyin serta memiliki kekuatan finansial. Secara realistis ini adalah modal yang kuat bagi Erick.
Selain itu, Erick juga bisa menjadi keberlanjutan terhadap program pembangunan yang sudah dilakukan oleh Presiden Jokowi. Selama ini Erick diketahui mendapatkan kepercayaan dari presiden untuk melakukan tugas-tugas yang strategis dan itu pun membuahkan hasil yang baik. Seperti pemulihan ekonomi di masa pandemi, mendatangkan dan memproduksi vaksin, meningkatkan laba BUMN dari Rp13 triliun menjadi Rp126 triliun pada 2021, dan berdiplomasi dengan FIFA.
Gaya kepemimpinan Erick juga disukai oleh kalangan milenial, terutama saat memimpin BUMN Erick melakukan transformasi dengan menempatkan pemimpin-pemimpin muda. Erick yang juga terlibat dalam dunia olahraga dan hiburan juga membuat dirinya dekat dan dikenal luas di kalangan milenial. Apalagi populasi pemilih saat ini didominasi oleh pemilih muda.
Di berbagai survei yang dilakukan, nama Erick juga selalu masuk dalam nominasi sebagai capres atau cawapres. Sedangkan dalam proses simulasi capres-cawapres, sosok yang disandingkan dengan Erick berpeluang menang. Baik saat disimulasikan dengan capres Prabowo Subianto atau pun capres Ganjar Pranowo.
Sinyal positif terlihat dari beberapa elit parpol yang memberi sinyal dukungan bagi Erick, seperti PPP dan PAN. Saat ini terlihat secara garis besar ada empat poros koalisi, pertama Koalisi Indonesia Bersatu (Golkar, PPP dan PAN) 25,8 persen. Kedua poros Gerindra-PKB 23,7 persen. Ketiga poros Nasdem, Demokrat dan PKS 28,4 persen. Keempat PDI Perjuangan 22,3 persen yang menjadi satu-satunya partai yang bisa mengusung capres dan cawapres tanpa berkoalisi dengan partai lain.
Bahasa sederhananya, jika Koalisi Indonesia Bersatu (Golkar, PPP dan PAN) menemui jalan tengah untuk mengusung Erick sebagai cawapres, maka KIB sudah memiliki kekuatan 25,8 persen, tinggal apakah mengandeng poros koalisi Gerindra-PKB, PDI Perjuangan serta Nasdem-Demokrat-PKS, atau mengambil capres dari KIB.
Jika kita mau berspekulasi dengan melihat koalisi pemilu sebelumnya dan dinamika politik yang terjadi pasca pemilu 2019 yang lalu, bisa saja akan muncul Prabowo-Erick, Ganjar-Erick, Puan Erick, Airlangga-Erick atau Anies-Erick. Nah, akhirnya kita biarkan terjawab seiring waktu.