Sabtu 12 Nov 2022 06:55 WIB

4 Cara Bijak Hadapi Anak Tantrum

Orang tua perlu mengambill waktu menenangkan diri ketika menghadapi anak tantrum.

Rep: Santi Sopia/ Red: Dwi Murdaningsih
Anak tantrum
Foto: AP
Anak tantrum

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada kalanya seorang anak mengalami tantrum. Mereka 'mengamuk' saat keinginanya tidak tersampaikan dengan baik.

Ketika anak tantrum, kebanyakan orang tua merasa bahwa kondisi tersebut harus selesai saat itu juga. Padahal, anak perlu waktu dalam mengenal emosinya sendiri.

Baca Juga

Prikolog Vera Itabiliana SPsi mengatakan orang tua juga perlu mengambill waktu untuk menenangkan diri ketika menghadapi anak tantrum. Setidaknya ada empat tahapan yang bisa coba diterapkan saat menghadapi tantrum.

Sadari emosi anak

Tahap pertama yang perlu dipahami adalah sadari emosi anak. Bentuk tantrum bisa berbeda-beda bagi setiap anak.

“Ada anak kalau tantrum berguling, teriak. Tahan kedua, sadari emosi kita dulu. Saya kepancing nih, maka ambil waktu dulu kalau saya tidak tahan sampai ubun-ubun, balik kanan dulu,” kata Vera dalam peluncuran buku ceria “Dinda Tidak Rewel Lagi” karya Atalia terbitan Erlangga di Jakarta.

Biarkan anak tantrum di tempat yang aman. Pastikan agar anak tidak melukai diri sendiri, tidak merusak barang dan bisa didiamkan terlebih dulu. 

Dekati anak

Ketika anak sudah tenang, orang tua bisa kembali lagi ke anak. Jika sudah tenang, baru coba diajak bicara. 

Bantu anak mengucapkan hal yang dia rasakan. Hal itu penting supaya anak paham hal yang dia rasakan. Tantrum dapat berbentuk aksi fisik karena anak masih punya keterbatasan bicara. 

Bantu anak mengenali emosi

Tahapan ketiganya adalah bantu memberi nama emosi yang anak rasakan. Dengan begitu, anak merasa didengar, diterima emosinya dan merasa dimengerti. 

“Kamu tadi marah ya? Kalau anak belum bisa diajak ngomong ajarkan saja dulu kata marah,” lanjut Vera.

Solusi mengatasi marah

Selanjutnya, bahas solusi mengatasi marah yang biasanya tidak butuh satu kali latihan, melainkan berulang kali. Jadi, lain kali, anak punya cara lain mengekspresikan kemarahannya. Vera sekaligus berbagi pengalaman saat anaknya berusia 1,5 tahun, dia akan mondar-mandir sambil mengatakan bahwa dirinya marah.

Hal itu dianggap Vera lebih aman dibandingkan melempar barang atau melukai diri sendiri. Setelah marahnya selesai, anak baru bisa diajak bicara

“Mengenali emosi itu penting bukan hanya perlu mengetahui nama benda, warna melainkan mengenali emosi,” tambah Vera.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement