REPUBLIKA.CO.ID, BALI -- Beautifikasi, revitalisasi, hingga pembangunan sarana dan prasarana serta instalasi karya seni di Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali rampung dilakukan dalam menyambut KTT G-20 di Bali. Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali menjadi gerbang utama dalam menyambut para delegasi KTT G20. Angkasa Pura Properti dipercaya oleh Angkasa Pura I untuk melakukan beragam pekerjaan beautifikasi yang meliputi area Terminal Internasional, Terminal Domestik, General Aviation Terminal (GAT), Terminal VVIP Eksisting, dan fasilitas penunjang bandara lainnya.
Direktur Utama PT Angkasa Pura Properti, Ristiyanto Eko Wibowo berharap wajah baru Bandara I Gusti Ngurah Rai dapat memberikan kesan positif dan kenangan indah tak terlupakan bagi para delegasi, terutama kepala negara peserta KTT G20. "Sehingga hospitality Indonesia dapat terasa setibanya mereka mendarat di Bandara I Gusti Ngurah Rai," kata dia, Senin (14/11/2022).
Di Terminal Internasional, Angkasa Pura Properti melakukan beautifikasi melalui berbagai perbaikan fasilitas terminal, rest room, signage, interior design, penggantian lantai vinyl dan dekoratif kolom. Nuansa dan material yang digunakan dalam pekerjaan beautifikasi ini mengusung tema arsitektur tradisional Indonesia pada umumnya dan Bali pada khususnya, seperti salah satunya anyaman rotan yang digunakan untuk dekoratif kolom dan dipasang di sepanjang koridor terminal kedatangan internasional.
"Meskipun lekat dengan unsur tradisional, namun anyaman rotan tetap disesuaikan dengan tampilan yang lebih modern dan berbahan sintetis yang lebih awet, anti air, dan fire retardant," ujar dia.
Promosi budaya nusantara turut dihadirkan oleh di berbagai sudut Terminal Kedatangan Internasional yaitu dengan adanya tujuh instalasi karya seni yang akan menjadi daya tarik tersendiri bagi para tamu dan delegasi KTT G20. Instalasi karya seni ini merupakan hasil kolaborasi dengan para seniman lokal Bali yang masing-masingnya memiliki beragam makna mulai dari filosofi kehidupan manusia, hingga budaya masyarakat Bali setempat.
Seperti halnya Paradise Scape karya I Wayan Upadana yang menggambarkan persatuan keberagaman budaya tradisional dan global, Wana Rupa Segara Gunung karya I Kadek Armika yang menggambarkan adat dan tradisi masyarakat Bali.
"Adapun karya lainnya adalah Konstruksi Semesta karya Valasara, Nawa Dewata karya Atelier Seni, Tree of Life karya Gus Ari, Palemahan karya Raka Bernat, dan Mataya Gate karya Yoka Sara yang bermakna gerbang persembahan untuk mengantar para pengunjung selamat sampai tujuan," kata Ristiyanto Eko Wibowo.
Material yang digunakan pada masing-masing karya seni pun beragam, tetap mengusung unsur tradisional Bali diantaranya menggunakan kayu, rotan, dan resin. Beragam karya seni yang menghiasi sudut Bandara I Gusti Ngurah Rai ini diharapkan dapat lebih dekat memperkenalkan budaya Indonesia kepada para delegasi KTT G20.
“Ajang KTT G20 adalah kesempatan besar Indonesia dalam memperkenalkan budaya kepada dunia. Melalui kolaborasi dengan para seniman lokal, kami berharap karya-karya seni ini dapat memberikan kesan pertama bagi para tamu dan delegasi melalui ragam budaya yang menjadi keunggulan Indonesia,” ujarnya.
Meski dipergunakan untuk KTT-G20, General Manager Bandara I Gusti Ngurah Rai Handy Heryudhitiawan menyampaikan pihaknya tetap melayani penerbangan komersial selama kedatangan para kepala negara dan delegasi KTT G20 di Bali.
Namun, menurut Handy, selama penyelenggaraan KTT G20, secara dinamis pihaknya dimungkinkan melaksanakan retime atau penyesuaian/penjadwalan ulang penerbangan jika ada pesawat VVIP atau kepala negara/delegasi dan tamu undangan KTT G20 yang akan mendarat.
“Kami melaksanakan retime. Kalau di jam tersebut cukup untuk dilalui pesawat komersial silakan komersial masuk. Nanti akan ada diskusi antara flowtime, Indonesia Airport Slot Management dengan maskapai, siapa masuk di sini. Sisanya kalau tidak bisa di jam tersebut karena ada VVIP, maka dia retime,” kata Handy seperti dilansir dari Antara.