REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Buya dr Anwar Abbas, Ketua PP Muhammadiyah
Salah satu isu strategis yang akan dibicarakan dalam muktamar Muhammadiyah yang akan datang adalah bagaimana memperkuat persatuan umat. Memang umat islam di negeri ini secara statistik merupakan kelompok mayoritas tetapi umat islam belum bisa tampil sebagai kekuatan mayoritas yang menentukan. Ini karena masih diselimuti oleh mental minoritas dan pecundang.
Meskipun sudah ada ormas-ormas islam yang merupakan kekuatan dan wujud partisipasi umat dalam kehidupan kebangsaan yang terbentuk sebagai usaha pembinaan iman, kesalehan spiritual dan akhlak mulia, namun ternyata eksistensi dari ormas-ormas islam tersebut masih belum cukup tangguh untuk menjadikan umat islam sebagai kekuatan penentu di negeri ini.
Hal itu mungkin disebabkan karena masih kuat dan kentalnya sentimen primordial dan masih lemahnya nilai-nilai persatuan, persaudaraan dan tolong menolong diantara mereka. Untuk itu bagi terbangunnya rasa persatuan dan kesatuan yang kuat di kalangan umat maka Muhammadiyah melihat perlunya kita mengusahakan terciptanya wawasan keislaman, kebangsaan, politik, dan hukum yang semakin luas. Sehingga dengan demikian, diharapkan umat islam akan semakin lebih terbuka dan toleran serta akomodatif terhadap perbedaan.
Menyadari hal itu, Persyarikatan Muhammadiyah melihat perlunya dilakukan usaha-usaha serius melalui literasi dan edukasi intensif di lembaga-lembaga pendidikan Islam apakah itu di madrasah, majelis taklim dan pesantren serta pendidikan agama islam di sekolah dan lembaga pendidikan formal yang ada, agar apa yang kita cita-citakan bisa terwujud. Maka nantinya peran dan kontribusi umat Islam kedepan akan tampak semakin nyata bagi terciptanya Indonesia yang maju dan berkeadilan di mana rakyatnya hidup dengan aman, tentram, damai sejahtera dan bahagia serta menjunjung tinggi akhlak, moral dan budi pekerti yang luhur serta mulia.