Selasa 15 Nov 2022 08:32 WIB

Muktamar Muhammadiyah, Tantangan Usaha Memperkuat Persatuan Umat

Tantangan Muhammadiyah ketika eksistensi umat Islam belum cukup tangguh.

Perajin membuat batik tulis dengan motif Muhammadiyah dan Aisyiyah di Mahkota Batik Laweyan, Solo, Jawa Tengah, Rabu (19/10/2022). Batik tulis berukuran panjang 5 meter dan lebar 3 meter tersebut dibuat untuk menyambut Muktamar ke-48 Muhammadiyah di Solo, Jawa Tengah pada 18-20 November 2022.
Foto: ANTARA/Maulana Surya
Perajin membuat batik tulis dengan motif Muhammadiyah dan Aisyiyah di Mahkota Batik Laweyan, Solo, Jawa Tengah, Rabu (19/10/2022). Batik tulis berukuran panjang 5 meter dan lebar 3 meter tersebut dibuat untuk menyambut Muktamar ke-48 Muhammadiyah di Solo, Jawa Tengah pada 18-20 November 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Buya dr Anwar Abbas, Ketua PP Muhammadiyah

Salah satu isu strategis yang akan dibicarakan dalam muktamar Muhammadiyah yang akan datang adalah bagaimana memperkuat persatuan umat. Memang umat islam di negeri ini  secara statistik merupakan kelompok mayoritas tetapi umat islam belum bisa tampil sebagai kekuatan mayoritas yang menentukan. Ini karena masih diselimuti oleh mental minoritas dan pecundang.

Meskipun  sudah ada ormas-ormas islam yang merupakan kekuatan dan wujud partisipasi umat dalam kehidupan kebangsaan yang terbentuk sebagai usaha pembinaan iman, kesalehan spiritual dan akhlak mulia, namun ternyata eksistensi dari ormas-ormas islam tersebut masih belum cukup tangguh  untuk menjadikan umat islam sebagai kekuatan penentu di negeri ini.  

Hal itu mungkin disebabkan karena masih kuat dan kentalnya sentimen primordial dan masih lemahnya nilai-nilai persatuan, persaudaraan dan tolong menolong diantara mereka. Untuk itu bagi terbangunnya rasa persatuan dan kesatuan yang kuat  di kalangan umat maka Muhammadiyah melihat perlunya kita mengusahakan terciptanya wawasan keislaman, kebangsaan, politik, dan hukum yang semakin luas. Sehingga dengan demikian, diharapkan umat islam akan semakin lebih terbuka  dan toleran serta akomodatif terhadap perbedaan.

Menyadari hal itu, Persyarikatan Muhammadiyah melihat perlunya  dilakukan  usaha-usaha serius  melalui literasi dan edukasi intensif di lembaga-lembaga pendidikan Islam apakah itu di madrasah, majelis taklim dan pesantren serta pendidikan agama islam di sekolah dan lembaga pendidikan formal yang ada, agar apa yang kita cita-citakan bisa terwujud. Maka nantinya peran dan kontribusi umat Islam kedepan akan tampak semakin nyata bagi terciptanya Indonesia yang maju dan berkeadilan di mana rakyatnya hidup dengan aman, tentram,  damai sejahtera dan bahagia serta menjunjung tinggi akhlak,  moral dan  budi pekerti yang luhur serta   mulia.

 

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement