Selasa 15 Nov 2022 23:56 WIB

FTX Bangkrut, Indodax Sarankan Ada Audit Crypto Exchange di Indonesia

Audit Crypto Exchange terdaftar demi transparansi dan perlindungan member

Rep: Novita Intan/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
CEO Indodax Oscar Darmawan. Menurut CEO Indodax, Oscar Darmawan isu likuiditas yang dialami oleh FTX perlu menjadi concern khusus bagi para pelaku industri untuk lebih transparan agar dipercaya oleh komunitas kripto karena keamanan aset investor dan transparansi merupakan hal yang sangat penting.
Foto: https://m.facebook.com/indodax
CEO Indodax Oscar Darmawan. Menurut CEO Indodax, Oscar Darmawan isu likuiditas yang dialami oleh FTX perlu menjadi concern khusus bagi para pelaku industri untuk lebih transparan agar dipercaya oleh komunitas kripto karena keamanan aset investor dan transparansi merupakan hal yang sangat penting.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasca kebangkrutan bursa kripto FTX terbesar kedua dunia yang terjadi pada beberapa hari lalu, tidak bisa dipungkiri sedikit banyak memengaruhi ekosistem kripto secara global.

Menurut CEO Indodax, Oscar Darmawan isu likuiditas yang dialami oleh FTX perlu menjadi concern khusus bagi para pelaku industri untuk lebih transparan agar dipercaya oleh komunitas kripto karena keamanan aset investor dan transparansi merupakan hal yang sangat penting.

“Indodax sudah berdiri hampir sembilan tahun lamanya dan kami selalu berusaha menjaga kepercayaan para member kami. Likuiditas kami lebih dari 100 persen baik dari kripto maupun rupiah,” ujarnya, Selasa (15/11/2022).

“Sebagai pelaku industri saya juga berharap tidak ada exchange di Indonesia yang jatuh karena penyalahgunaan aset nasabah ini,” ucapnya.

Berkaca pada isu FTX, sebagai pelaku industri, Oscar pun menyarankan adanya audit total kepada crypto exchange Indonesia yang sudah terdaftar Bappebti demi transparansi dan perlindungan kepada para member.

“Audit yang dimaksud ialah audit exchange secara keseluruhan. Audit yang dilakukan oleh auditor yang paham cara blockchain berjalan jadi bukan sekedar pencatatan rupiah. Kita perlu melakukan penyamaan inventory kripto dan rupiah yang ada di orderbook dan saldo nasabah,” ucapnya.

“Bukan hanya sekedar proof of reserve yang tidak berarti banyak namun juga proof of liability (yaitu jumlah total deposit member yang tercatat di dalam exchange),” ucapnya.

Selaku pelaku industri, Oscar menyarankan semua exchange di Indonesia berbuat hal yang sama, dan menyarankan pihak regulator dalam hal ini Bappebti untuk mewajibkan semua exchange untuk melakukan audit serupa. Adanya audit secara keseluruhan, saldo member dari setiap exchange bisa dicocokkan dengan proof of reserve dari exchange tersebut baik dari nominal rupiah nya maupun jumlah kripto nya.

“Saya juga berharap Bappebti dapat segera memberikan aturan baru yang meminta exchange menunjukkan hasil audit ini dan dilakukan reguler tiap hari kalau perlu. Adanya laporan terbuka ini, harapannya semua orderbook, saldo member dan inventory akan match dan semua nya ada di Indonesia,” ucapnya.

“Dengan semua inventory ada di Indonesia, saya yakin member akan terlindungi. Jangan sampai orderbooknya di negara ini, saldonya ada third party dan inventory yang ada di Indonesia malah ternyata cuma kecil banget. Jangan sampai inventory tidak match antara yang ada orderbook dengan yang dilaporkan karena berpotensi menjadi chaos kemudian hari,” ucapnya.

Terkait market kripto yang sedang mengalami fase bearish, diharapkan pada 2023 dan 2024 kripto akan naik kembali meskipun secara bertahap. Oscar pun berharap tidak ada crypto exchange global yang mengalami masalah serupa karena sedikit banyak akan mempengaruhi market kripto secara global juga. 

“Harapannya dengan kebijakan audit yang diusulkan ini dapat membuat resiko ekosistem kripto nasional menjadi sangat rendah dan aset member tidak disalahgunakan,” ucapnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement