REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Alquran memuat kabar mahapenting yaitu tentang hari kiamat. Disebutkan dengan istilah an-Naba untuk menunjukkan betapa hakikat hari Kiamat adalah informasi yang harus diketahui setiap orang, terutama mereka yang beriman.
Itulah rahasia mengapa Allah SWT turunkan surat an-Naba. Sayangnya, tidak semua manusia beriman, dan tidak semua orang yang beriman menangkap pesan itu.
Imam Ibn Katsir membagi manusia dalam hal ini menjadi dua bagian. Pertama, manusia yang mengingkari adanya hari kiamat, mereka adalah orang-orang kafir secara akidah.
Kedua, manusia yang mengaku beriman atas adanya hari kiamat, tetapi mereka terlena dengan dunia dan tidak memperbanyak amal. Mereka adalah orangorang yang lemah iman.
Surat an-Naba merekam di pembukaannya tentang kebingungan orang-orang kafir Makkah pada saat pertama kali Rasulullah SAW menyampaikan kepada mereka kabar hari kiamat.
Bagi mereka hari kiamat itu tidak mungkin terjadi. Logika mereka mengatakan bahwa tidak mungkin tulang-belulang manusia yang sudah hancur lebur sejak ratusan tahun yang silam di dalam tanah bisa hidup lagi.
Mereka berkata kepada Rasulullah, "Man yuhyil 'izhaama wa hiya ramiim" (Siapa yang bisa menghidupan tulang belulang yang sudah hancur lebur ini?).
Dengan mudah Alquran mematahkan logika tersebut bahwa Allah yang menciptakan pertama kali pasti bisa menghidupkannya kembali:
قُلْ يُحْيِيهَا الَّذِي أَنْشَأَهَا أَوَّلَ مَرَّةٍ ۖ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيمٌ
“Katakanlah: "Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk.” (QS Yasin ayat 79).
Dari surat an-Naba tergambar dengan jelas betapa orang-orang kafir Makkah saling bertanya di antara mereka:
عَمَّ يَتَسَاءَلُونَ “Tentang apakah mereka saling bertanya-tanya?” (QS an-Naba ayat 1). Kata yatasa aluun adalah fiil mudhari' yang menunjukkan makna terus-menerus.
Kebingungan orang kafir terjadi setiap saat dan selalu menghantui mereka sehingga peman dangan diskusi antara mereka terjadi di mana-mana.
Allah SWT menyingkap bahwa yang mereka diskusikan hanyalah satu hal, yaitu berita tentang hari kiamat. Alasannya kerena mereka menganggap itu mustahil:
عَنِ النَّبَإِ الْعَظِيمِ “Tentang berita yang besar.” (QS an-Naba ayat 2).
Di sini ada dua kata yang menggambarkan dahsyat nya hari kiamat, yaitu kata an-naba' (berita besar) dan al azhiim (yang agung).
Artinya, tidak ada peristiwa apa pun di muka bumi yang akan lebih dahsyat dari kejadian tersebut. Bukan hanya itu, saking agungnya, setiap manusia wajib meyakininya, siapa yang tidak yakin pasti celaka.
Dari redaksi surat tersebut, tampak ketika itu orang-orang kafir Makkah terbelah menjadi dua golongan, sebagian beriman dan sebagian yang lain tidak beriman:
الَّذِي هُمْ فِيهِ مُخْتَلِفُونَ “yang mereka perselisihkan tentang ini.” (QS an-Naba ayat 3).
Kata mukhatlifuun bentuk isim fail (pelaku/subjek), yang menunjukkan karakter. Bahwa sudah menjadi karakter orangorang kafir sampai kapan pun mereka akan terus berbeda pendapat.
Itulah akibat dari cara hidup yang hanya berdasarkan akal semata, sehingga mereka tidak mempunyai kebenaran mutlak yang dijadikan pegangan.
*Naskah Motivasi Alquran di bawah asuhan Ustadz Dr Amir Faishol Fath, pakar tafsir Alquran, dai nasional dan CEO Fath Institute. Tayang di Harian Republika.