Ahad 20 Nov 2022 23:55 WIB

Khamenei: Musuh Negara Targetkan Pekerja

Demo oleh pekerja sebagian ditujukan untuk tuntutan terkait dengan gaji

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Esthi Maharani
Mantan pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Hamenei menuduh 'musuh' negara menargetkan para pekerja karena gagal menggulingkan pemerintah Islam.
Foto: EPA-EFE/Iranian supreme leader office
Mantan pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Hamenei menuduh 'musuh' negara menargetkan para pekerja karena gagal menggulingkan pemerintah Islam.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN - Mantan pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Hamenei menuduh 'musuh' negara menargetkan para pekerja karena gagal menggulingkan pemerintah Islam. Hal ini menyusul aksi protes berkecamuk di universitas-universitas Iran dan di beberapa kota di seluruh Iran pada Sabtu (19/11/2022).

"Sampai jam ini, syukurlah, musuh telah dikalahkan. Tetapi musuh memiliki trik baru setiap hari, dan dengan kekalahan hari ini, mereka mungkin menargetkan kelas yang berbeda seperti pekerja dan wanita," kata Khamenei.

Wanita dan mahasiswa telah memainkan peran penting dalam demonstrasi anti-pemerintah selama beberapa pekan belakangan. Mereka melambaikan dan membakar jilbab untuk mencela aturan berpakaian Islami yang ketat di Iran untuk wanita.

Gelombang kerusuhan meletus pada September setelah wanita Kurdi-Iran Mahsa Amini meninggal dalam tahanan polisi setelah dia ditangkap karena mengenakan pakaian yang dianggap "tidak pantas". Protes menyebar ke sektor energi vital bulan lalu, namun demonstrasi oleh para pekerja dibatasi. Demo oleh pekerja sebagian ditujukan untuk tuntutan terkait dengan gaji dan kondisi kerja.

Pada 1979, kombinasi protes massa dan pemogokan oleh pekerja minyak dan pedagang bazar membantu menyapu ulama ke tampuk kekuasaan dalam revolusi Islam Iran. Pada Sabtu, kantor berita aktivis HRANA mengatakan pemogokan duduk dan protes terjadi di dua lusin kampus di ibu kota, Teheran, dan di kota-kota besar termasuk Isfahan, Tabriz dan Shiraz dengan slogan-slogan termasuk "Kebebasan, kebebasan, kebebasan".

Kelompok hak asasi Kurdi Hengaw mengunggah video yang menunjukkan pasukan keamanan menembaki pengunjuk rasa di kota Divandarreh. Akibatnya satu pengunjuk rasa tewas. Namun Reuters tidak dapat memverifikasi video tersebut.

Kantor berita resmi IRNA mengatakan pengunjuk rasa merusak rumah ulama terkemuka Divandarreh dan kantor anggota parlemen lokal. Laporan IRNA menambahkan bahwa dua orang mungkin telah tewas dalam kekerasan tersebut.

HRANA mengatakan 402 pengunjuk rasa telah tewas dalam kerusuhan pada Jumat, termasuk 58 anak di bawah umur. "Sekitar 54 anggota pasukan keamanan juga tewas dan lebih dari 16.800 orang telah ditangkap," katanya.

Media pemerintah mengatakan bulan lalu bahwa lebih dari 46 pasukan keamanan, termasuk polisi, tewas. Pejabat pemerintah belum memberikan perkiraan jumlah kematian yang lebih luas.

Pengadilan garis keras Iran telah menjatuhkan hukuman mati kepada lima pengunjuk rasa. Pihaknya juga akan mengadili lebih dari 2.000 orang yang didakwa melakukan kerusuhan, mengintensifkan upaya untuk menghancurkan demonstrasi selama berminggu-minggu.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement