REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Kementerian Pertahanan Rusia menuduh Ukraina menembaki jaringan listrik yang digunakan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Zaporizhzhia. Penasihat CEO perusahaan operator nuklir Rosenergoatom Renat Karchaa mengatakan beberapa fasilitas penyimpanan terkena tembakan Ukraina.
Dikutip kantor berita Tass, Ahad (21/11/2022) Karchaa mengatakan tembakan diarahkan ke gudang limbah nuklir kering dan gedung yang menampung sisa bahan bakar nuklir yang baru. Tapi tidak ada emisi radioaktif yang saat ini terdeteksi.
Perusahaan energi Ukraina Energoatom menuduh militer Rusia menembaki PLTN tersebut. Mereka mengatakan setidaknya ada 12 tembakan yang mengenai infrastruktur PLTN terbesar di Eropa itu.
Militer Ukraina mengatakan Rusia sengaja mengicar infrastruktur PLTN untuk menyalakan ulang sebagian PLTN sebagai upaya membatas jaringan listrik Ukraina. Sebelumnya dilapornkan pemantau nuklir PBB, Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengecam penembakan ke arah Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhzhia.
IAEA mengatakan lusinan ledakan mengguncang PLTN terbesar di Eropa itu pada Sabtu (19/11) sore dan Ahad (20/11) lalu itu dapat menimbulkan resiko bencana besar. Moskow dan Kiev selalu saling menyalahkan satu sama lain atas penembakan ke PLTN tersebut.
Kepala IAEA Rafel Grossi mengatakan berita tentang ledakan di PLTN itu sangat mengganggu.
"Ledakan yang terjadi di lokasi PLTN besar ini sama sekali tidak bisa diterima, siapa pun dalangnya, harus segera menghentikannya, seperti yang sudah saya katakan berulang kali sebelumnya, anda bermain dengan api," kata Grossi dalam pernyataannya.
Tim IAEA di lapangan mengutip informasi dari manajemen PLTN yang mengatakan ada beberapa gedung, sistem dan peralatan yang rusak. Tetapi sejauh ini tidak terjadi kerusakan pada sistem keamanan dan keselamatan nuklir.