Selasa 22 Nov 2022 23:47 WIB

Harga Tomat Mendadak Melonjak di Kab Semarang, Ini Penyebabnya

Petani akui harga tomat yang melonjak tak bisa dimanfaatkan karena minimnya pasokan

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Buruh tani menata tomat dalam keranjang saat panen (ilustrasi).  Harga tomat di pasaran mendadak melonjak. Hal ini dipicu oleh tingginya permintaan pasar di saat produksi petani mengalami penurunan.
Foto: ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani
Buruh tani menata tomat dalam keranjang saat panen (ilustrasi). Harga tomat di pasaran mendadak melonjak. Hal ini dipicu oleh tingginya permintaan pasar di saat produksi petani mengalami penurunan.

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Harga tomat di pasaran mendadak melonjak. Hal ini dipicu tingginya permintaan pasar di saat produksi petani mengalami penurunan.

Di satu sisi, momentum kenaikan harga ini belum dapat dimanfaatkan para petani di sentra penghasil tomat di Kabupaten Semarang, seperti di Kecamatan Bandungan dan Kecamatan Sumowono.

Pasalnya, curah hujan yang cukup tinggi masih menjadi kendala bagi para petani untuk memaksimalkan panen di kebun mereka.

“Tanaman tomat yang mulai berbuah, banyak yang layu karena terlalu sering diguyur air hujan,” ungkap Mulyanah (50), seorang petani di Desa Jimbaran, Kecamatan Bandungan, Selasa (22/11).

Menurutnya, banyak tanaman tomat di kebunnya yang rusak akibat curah hujan di wilayah Kecamatan Bandungan –yang umumnya-- cukup tinggi.

Hal ini ditandai layu batang dan kemudian mengering. “Sehingga buah tomat yang masih sebesar biji kelereng ikut mengering dan tidak bisa dipanen,” ungkapnya.

Ia juga menyampaikan, sebenarnya saat ini harga tomat memang sedang bagus. Karena harga di tingkat petani bisa mencapai Rp 10 ribu – Rp 15 ribu per kilogram.

Namun momentum ini tidak dapat dioptimalkan para petani karena cuaca membuat tanaman tomat kurang maksimal.

Hal ini diamini Antoni (46), petani di Dusun Geblok, Desa Sidomukti. Menurutnya, tanaman tomat yang ada di kebunnya --saat ini-- baru akan berbuah.

Ia pun megakui, saat ini harga tomat cukup mengagetkan karena bisa mencapai Rp 15 ribu per kilogram. Padahal, sebelumnya harga tomat hanya Rp 3.000- Rp 4.000 per kilogram. “Bahkan saat panen melimpah harganya bisa jatuh di kisaran Rp 1.500 per kilogram,” ungkapnya.

Yang jadi permasalahan, lanjut Antoni, kali ini masa tanam tomat di kebunnya memang mundur karena curah hujan cukup tinggi. “Sehingga saat harga bagus seperti sekarang, di kebun baru akan berbuah,” tegasnya.

Kepala Dinas Pertanian Perikanan dan Pangan (Dispertanikap) Kabupaten Semarang, Wigati Sunu juga membenarkan harga buah tomat di pasaran sedang melambung.

“Bahkan di tingkat pedagang pasar, harga buah tomat saat ini bisa mencapai Rp 20 ribu per kilogram,” katanya.

Ia mengatakan, tingginya harga buah tomat ini dipicu tingginya permintaan pasar. Sementara produksi dari petani --dalam beberapa bulan terakhir-- sedang megalami penurunan.

Dampak cuaca (musim penghujan) akhir- akhir ini membuat produksi tanaman tomat tidak dapat maksimal, tak terkecuali di Kabupaten Semarang.

“Maka saat produksi dan stoknya terbatas, harga buah tomat pun kemudian menjadi lebih mahal di pasaran,” ungkapnya.

Sunu juga menjelaskan, tingginya permintaan buah tomat tidak hanya dari masyarakat saja. namun juga dari sejumlah industri pengolahan seperti pabrik saos dan lainnya.

Sehingga sampai hari ini para petani di Kabupaten Semarang pun masih kesulitan untuk dapat memenuhi permintaan tersebut. “Situasinya memang kurang menguntungkan bagi petani,” tandasnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement