REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3A-PPKB) Kota Surabaya, Tomi Ardiyanto mengungkapkan, pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) bagi remaja putri menjadi salah satu upaya yang dilakukan dalam menurunkan angka stunting di Kota Pahlawan. Pemberian TTD dilakukan rutin setiap sepekan kepada remaja putri di sekolah dan bisa diambil di Puskesmas seluruh wilayah Kota Pahlawan.
"Sosialisasi TTD itu dilakukan oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) melalui Puskesmas di masing-masing wilayah, kepada remaja putri. Selain itu ada juga giat Krida Gizi yang dilakukan oleh Saka Bakti Husada. Ada pula prmeriksaan kesehatan pada anak usia sekolah,” kata Tomi di Surabaya, Ahad (27/11).
Tomi menerangkan, Pemkot Surabaya juga melakukan sosialisasi kepada calon pengantin melalui program Pendampingan 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Di dalam program ini, calon pengantin akan mendapatkan beberapa pelayanan, mulai dari pelayanan gizi dan kesehatan, hingga konseling.
Pemkot Surabaya juga menggandeng Tim Pendamping Keluarga (TPK) untuk melakukan penyuluhan dan pemantauan kesehatan kepada sasaran yang berisiko stunting. Selain pendampingan bagi pasangan calon pengant8n, juga ada pendampingan untuk ibu dan balita.
Di dalam kegiatan tersebut, ibu yang memiliki anak balita akan diberikan penyuluhan Pemberian Makanan Tambahan (PMT). Selain itu, juga ada pemberian pangan olahan untuk keperluan medis khusus (PKMK) yang diresepkan dokter spesialis anak kepada balita malnutrisi atau dengan penyakit tertentu.
“Ada pula pemberian Taburan Ceria (Taburia) multivitamin dan mineral untuk balita, memberikan menu sehat pada ibu balita serta mempraktikkan demo memasak makanan sehat. Juga ada program pemberian permakanan stunting, Kampung ASI, imunisasi, aksi konvergensi penanganan stunting, dan masih banyak lainnya," ujar Tomi.
Dengan berbagai program tersebut, Pemkot Surabaya mampu menekan angka stunting di Kota Pahlawan. Pada 2020, terdapat 12.788 kasus stunting dan di 2021 menurun menjadi 6.722 kasus. Kemudian, per Oktober 2022, jumlah balita stunting kembali turun menjadi 1.055 balita.