REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Sejak beberapa waktu lalu, Pemerintah Kabupaten Sleman, DIY membentuk program petani milenial. Tujuannya untuk mempercepat pembangunan sektor pertanian di wilayah setempat.
Program tersebut merupakan penjabaran visi misi bupati dan wakil bupati Kabupaten Sleman yang kemudian menjadi rencana strategis Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan, selain program tani makmur. Kepala Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Sleman Suparmono menjelaskan program petani milenial merupakan upaya menggerakkan anak-anak muda untuk terjun di sektor pertanian.
Hal itu dinilai sejalan dengan kebijakan Kementerian Pertanian yang mendorong agar ditumbuhkan dan dikembangkannya petani milenial di Indonesia. "Akhir-akhir ini pertanian didominasi oleh pelaku usaha yang usianya relatif tua, tidak muda lagi. Makanya program Kabupaten Sleman ini sejalan dengan program dari Kementerian Pertanian, jadi ide awalnya seperti itu," kata Suparmono kepada Republika, Jumat (25/11/2022).
Pembentukan petani milenial tersebut juga dibarengi dengan inovasi dan teknologi baru demi meningkatkan efisiensi usaha. Karena itu langkah strategis yang diambil dalam pengembangan petani milenial di Sleman antara lain dengan pengembangan pemasaran melalui digital marketing, peningkatan kemitraan, pengembangan sistem budidaya pertanian modern, serta pengembangan inovasi pertanian.
Suparmono menambahkan agar penumbuhan petani milenial bisa berjalan lebih masif, Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Sleman membentuk jaringan petani milenial di setiap UPTD BP4. UPTD BP4 merupakan unit kerja dinas pertanian yang ada di kapanewon atau kecamatan.
"Jadi di Sleman ada delapan UPTD BP4 yang melingkupi wilayah kerja 17 kapanewon atau 17 kecamatan. Sehingga satu UPTD membawahi dua kapanewon, ada yang tiga," ungkapnya.
Ke depan, kelembagaan petani milenial diarahkan sebagai Kelompok Ekonomi Pertanian. Seluruh jaringan petani milenial dan pengurusnya juga sudah dikukuhkan oleh Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo. Selain itu, di Kabupaten Sleman juga terdapat pengurus harian petani milenial. Secara berjenjang di Sleman sudah ada jaringan-jaringan yang bergerak di kecamatan sampai ke kabupaten.
"Jadi penumbuhan pengembangan petani milenial ini tidak bisa seperti kelompok petani. Kalau kelompok tani bisa di satu basis wilayah mereka kemudian kita buat kelompok seperti itu, tapi kalau milenial nggak bisa karena tidak semua wilayah mempunyai petani milenial dalam jumlah yang banyak," jelasnya.
Maka ada kemungkinan terdapat 2-3 petani milenial di tiap kelurahan atau dusun, sehingga kemudian dibentuk jaringan. "Jaringan-jaringan ini kita manfaatkan untuk komunikasi antar mereka, komunikasi bisnis, komunikasi usaha, komunikasi segala macam untuk mereka bertukar dan bahkan untuk jual beli di sesama mereka juga berjalan juga lewat jaringan itu," imbuhnya.
Lebih lanjut Suparmono mengungkapkan saat ini jumlah petani milenial di Sleman di atas 750 orang. Angka tersebut diklaim jumlah terbanyak di DIY bahkan mungkin nasional. Ditargetkan hingga 2024 petani milenial di Sleman mencapai 2.500 orang.
"Jadi tumbuhnya milenial di Sleman ini masif sekali. Sebagian besar mereka bergerak di hortikultura, tapi di semua komoditas ada. Namun yang paling banyak memang hortikultura," terang dia.
Sedangkan di bidang peternakan, Suparmono melihat petani muda lebih tertarik untuk berusaha di ternak kecil seperti kambing dan domba. Sementara untuk ternak sapi tidak terlalu diminati petani muda. Ia menduga karena ternak sapi membutuhkan modal besar dan perputaran uangnya tidak terlalu cepat.
Atas dasar itu, pihaknya sudah memetakan jenis-jenis komoditas yang banyak diusahakan oleh milenial kemudian dilakukan pembinaan-pembinaan. Ia menegaskan pembinaan untuk masing-masing komoditas sudah dilakukan, juga pembinaan bisnisnya terutama bisnis melalui online.
Pembinaan ini tidak hanya menggunakan sumber daya dari kabupaten atau anggaran kabupaten tapi juga memanfaatkan anggaran dari DIY bahkan dari pusat. "Jadi pendampingan dari pusat juga terus menerus dilakukan untuk penumbuhan petani milenial ini," ungkapnya.
Berbagai fasilitas bantuan
Sebelumnya, Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo telah mengukuhkan Komisariat Daerah Petani Milenial Sleman untuk masa jabatan 2022-2024. Ia pun berpesan agar generasi muda tidak perlu lagi merasa malu untuk bertani dan menjadi petani.
"Bertani jika dikerjakan serta dikelola dengan baik, dapat menghasilkan pendapatan yang tak kalah dengan profesi lainnya, bahkan lebih," katanya.
Sejauh ini, Pemkab Sleman mendorong tumbuhnya generasi petani milenial melalui berbagai kelompok yang dikukuhkan di tiap UPTD wilayah. Bantuan bibit, pupuk, sarpras pertanian juga diberikan sebagai modal dikembangkan jadi lebih besar.
Menurut Kustini, dengan bantuan skill dan hibah dalam sektor pertanian dapat memperbesar usaha petani di Sleman. Terutama, di Bumi Sembada masih ada angka kemiskinan yang perlu diusahakan, salah satunya meningkatkan kualitas petani.
"Belum lama ini di Sleman kita adakan lomba menanam cabai diikuti 32 kelompok wanita tani (KWT). Dari lomba ini kita dorong tumbuhnya kualitas petani. Dengan meningkatkan kualitas selaras dengan peningkatan ekonomi terutama untuk petani," ujar Kustini.
Pemerintah Kabupaten Sleman juga memberikan berbagai fasilitas bantuan berupa bantuan bibit padi hibrida, padi khusus, jagung, dan kedelai mencapai 3.300 hektare (ha). Pemkab juga memberikan bantuan pupuk organik cair extragen, IP 400, dan pupuk organik cair ecofish mencapai 6,756 ha.
Juga ada bantuan bibit pohon abiu, durian, alpukat, kelengkeng, salak, pisang raja, sirsat madu, nangka genjah, kopi robusta dengan menggunakan APBD mencapai 7.062 ha. Kemudian juga telah disalurkan ratusan bantuan alat mesin pertanian (alsintan).