Senin 28 Nov 2022 20:10 WIB

Mengapa Seorang Muslim tidak Boleh Meratapi Musibah?

Musibah dan ujian kerap menimpa umat manusia selama hidup di dunia .

Rep: Andrian Saputra/ Red: Nashih Nashrullah
Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar, menyatakan musibah dan ujian kerap menimpa umat manusia selama hidup di dunia
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar, menyatakan musibah dan ujian kerap menimpa umat manusia selama hidup di dunia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Dalam menyikapi musibah, seorang Muslim diminta untuk tidak meratapinya karena di balik musibah tersimpan hikmah.

Imam Besar Masjid Istiqlal Prof Nasaruddin Umar mengutip hadits Rasulullah SAW. Beliau bersabda sebagai berikut: 

Baca Juga

مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ

"Tidaklah seorang Muslim tertimpa suatu kelelahan, atau penyakit, atau kehawatiran, atau kesedihan, atau gangguan, bahkan duri yang melukainya melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya karenanya." (HR Muslim).

Mengutip sebuah hadits dalam kitab Ihya Ulumuddin, Nasaruddin menuturkan, ketika dalam satu hari seseorang menderita penyakit demam, maka dosanya selama satu tahun akan diampuni.

Karena itu, ia berpesan kepada korban gempa bumi di Cianjur dan sekitarnya untuk bersabar dalam musibah ini. 

"Di mana ada ujian, di situ pasti ada kenaikan kelas. Jangan terlalu bersedih, dan kita harus menyebarkan kepada mereka bahwa di balik musibah ada hikmah," ujarnya. 

Nasaruddin juga memaparkan, orang yang meninggal dunia karena gempa bumi itu termasuk syahid. Hal ini didasarkan pada hadits Rasulullah SAW. Beliau SAW bersabda bahwa ada tujuh macam mati syahid selain meninggal karena gugur di jalan Allah SWT. 

Bencana alam juga menjadi ujian untuk orang-orang yang tidak mengalaminya. Inilah yang disebut Nasaruddin sebagai ujian kesadaran. 

Ujian untuk melihat apakah orang yang tidak tertimpa musibah bencana alam itu turut prihatin dengan cara memberi bantuan. Atau mungkin lebih memilih abai karena tidak mengalaminya.

Dalam tafsir al-Azhar karangan Buya Hamka terhadap ayat 155-157 surat al-Baqarah, di jelaskan, ayat tersebut menyampaikan berbagai kepahitan di dunia yang berujung pada hal manis. 

Orang yang mengalami berbagai kepahitan, termasuk musibah bencana alam, hendaknya bersabar. 

Sebab, hanya dengan sabar semuanya akan dapat diatasi. Karena kehidupan itu tidaklah membeku. Bila sabar menahan derita, selamat lah mereka kelak ke seberang cita-cita. 

Tidak ada cita-cita yang akan tercapai tanpa adanya pengorbanan. Allah SWT memberi kabar gembira bagi mereka yang bersabar atas musibah yang dialami.

sumber : Harian Republika
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement