REPUBLIKA.CO.ID., ISTANBUL -- Rusia tidak akan dapat mempertahankan pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia di timur Ukraina di bawah kendalinya karena pasukannya dipukul mundur ke dekat perbatasan, kata Mykhailo Podolyak, penasehat Presiden Volodymyr Zelenskyy pada Senin (28/11/2022).
"Militer Rusia akan mundur dari PLTN Zaporizhzhia karena garis pertahanan mereka secara bertahap didorong ke arah perbatasan Rusia. Ketika Rusia merebut Krimea, semua kantor perwakilan internasional menyerah dan berkata: 'Baiklah, baiklah.' Sekarang, cerita seperti itu tidak akan cukup," kata Podolyak dalam sebuah wawancara yang disiarkan oleh saluran televisi yang berbasis di Kiev, Freedom.
Kantor berita Ukrinform juga mengutip Podolyak yang mengatakan bahwa dunia secara terbuka menyatakan perusahaan energi atom Rusia, Rosatom, tidak memiliki yurisdiksi hukum atas pabrik Zaporizhzhia dan bahwa fasilitas tersebut sepenuhnya milik Ukraina.
Pernyataan itu muncul ketika empat pembangkit nuklir Ukraina, termasuk yang ada di Zaporizhzhia, kehilangan daya karena penurunan frekuensi dalam sistem energi Ukraina menyusul serangan Rusia di beberapa wilayah negara itu pada Rabu lalu.
"Perlindungan darurat diaktifkan di PLTN Rivne, Ukraina Selatan, dan Khmelnytsky, akibatnya semua unit daya terputus secara otomatis," kata perusahaan energi nuklir nasional Ukraina Energoatom di Telegram.
Perusahaan juga mengatakan pabrik Zaporizhzhia telah diputus dari pasokan listrik eksternalnya.
"Stasiun mengalami pemadaman total. Semua generator diesel beroperasi. Kondisi radiasi di lokasi PLTN Zaporizhzhia tetap normal."
Pabrik tersebut, yang terletak di tenggara Ukraina, telah berada di bawah kendali Rusia sejak Maret, di awal "operasi militer khusus" Moskow di Ukraina.
Pembangkit nuklir Zaporizhzhia, salah satu yang terbesar di dunia, menghasilkan 20 persen listrik Ukraina sebelum perang dimulai pada 24 Februari.