Selasa 29 Nov 2022 12:28 WIB

Bukannya Menolak, Pedagang Pasar Induk Cipinang Ingin Beras Impor Segera Didatangkan

Situasi perberasan nasional dinilai mengkhawatirkan lantaran pasokan menipis.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Pedagang Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) berharap agar pemerintah segera merealisasikan impor beras melalui Perum Bulog. Situasi perberasan nasional dinilai dalam situasi yang mengkhawatirkan lantaran pasokan menipis.
Foto: Republika/Muslim AR
Pedagang Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) berharap agar pemerintah segera merealisasikan impor beras melalui Perum Bulog. Situasi perberasan nasional dinilai dalam situasi yang mengkhawatirkan lantaran pasokan menipis.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pedagang Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) berharap agar pemerintah segera merealisasikan impor beras melalui Perum Bulog. Situasi perberasan nasional dinilai dalam situasi yang mengkhawatirkan lantaran pasokan menipis.

Ketua Koperasi Pedagang Pasar Beras Induk Cipinang (PIBC) Jakarta, Zulkifli Rasyid, menjelaskan, rata-rata harga beras medium di pasar induk terus melonjak. Dari semula kisaran Rp 8.300 per kg menjadi Rp 9.200 per kg dan mendekati HET beras medium di level konsumens sebesar Rp 9.450 per kg.

Baca Juga

Adapun kebutuhan beras keluar masuk untuk PIBC per hari sekitar 2.500-3.000 ton. Saat ini, menurut Zulkifli, pasokan yang masuk ke PIBC sudah mengalami penurunan.

"Kenapa? Karena beras dari daerah sudah tidak ada. Boleh dikatakan satu-satunya yang bisa mensuplai ke pasar induk adalah Bulog. Tapi (cadangan) di Bulog juga kurang cukup," katanya dalam sebuah webinar yang digelar Pataka, Selasa (29/11/2022).

PIBC menjadi barometer perberasan nasional. Ia mengatakan, jika terdapat gangguan di pasar induk akan berdampak langsung kepada pasar-pasar konsumen di seluruh daerah.

Menurut Zulkifli, titik kritis beras akan terjadi pada Desember 2022 hingga Februari 2023. Menurut dia, tanpa langkah konkret impor akan sangat berbahaya dan berpotensi terjadi kekosongan beras pada periode itu karena musim panen belum tiba.

Saat ini, menurutnya, banyak pedagang daerah yang biasa membeli beras dari penggilingan justru mencari beras langsung ke pasar induk. Di saat yang bersamaan, pasokan beras dari Bulog kian mengecil sehingga tak dapat memenuhi permintaan yang masuk.

"Pemerintah harus sesegera mungkin impor. Saya katakan ini sudah sangat (berbahaya). Kami yang penting ada yang mau dijual, mahal jual mahal, murah jual murah. Kalau tidak ada yang mau kami jual, bagaimana?," ujar dia.

Pengamat Kebijakan Publik, Alamsyah Saragih, menilai peningkatan stok melalui impor perlu dilakukan dalam waktu dekat. Ia menilai, rencana impor beras sebesar 500 ribu ton oleh Bulog tergolong kecil untuk pasar Indonesia yang kebutuhan per tahun mencapai lebih dari 30 juta ton.

"Tingkatkan saja stoknya melalui impor, karena bukan apa-apa walau stok cukup sirkulasi barang menghendaki proses impor cepat agar eskalasi harga tidak melonjak ke depan," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement