Selasa 29 Nov 2022 17:40 WIB

Untuk Pertama Kalinya, Mayoritas Pasien Covid-19 Meninggal di AS Sudah Divaksinasi

Studi ungkap faktor yang sebabkan pasien Covid-19 meninggal sudah divaksinasi.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Nora Azizah
Perawatan pasien Covid-19 di ICU Sharp Chula Vista Medical Center, California, Amerika Serikat.
Foto: EPA
Perawatan pasien Covid-19 di ICU Sharp Chula Vista Medical Center, California, Amerika Serikat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Untuk pertama kalinya, mayoritas pasien Covid-19 yang meninggal dunia di Amerika Serikat memiliki status sudah divaksinasi. Menurut studi terbaru, ada tiga faktor yang membuat angka kematian akibat Covid-19 pada kelompok yang sudah divaksinasi meningkat.

"Kita tak lagi bisa mengatakan bahwa ini adalah pandemi untuk yang belum divaksinasi," jelas Vice President Kaiser Family Foundation, Cynthia Cox, seperti dilansir WebMD, Selasa (29/11/2022).

Baca Juga

Dari seluruh kematian Covid-19 yang terjadi di Amerika Serikat pada Agustus, sebanyak 58 persennya merupakan orang yang sudah divaksinasi atau menerima booster. Angka tersebut mengalami peningkatan yang cukup signifikan bila dibandingkan pada September 2021, yaitu 23 persen.

Dari data ini, tim peneliti mengungkapkan bahwa 42 persen kematian Covid-19 yang terjadi pada periode Januari-Februari tahun ini di Amerika Serikat terjadi pada kelompok yang sudah divaksinasi.

Menurut Cox, ada tiga faktor yang membuat angka kematian Covid-19 pada kelompok yang sudah divaksinasi meningkat. Berikut ini adalah ketiga faktor tersebut:

1. Cakupan vaksinasi sudah sangat meluas di Amerika Serikat. Berdasarkan data, mayoritas warga atau sekitar 267 juta orang di negara tersebut sudah divaksinasi.

2. Orang-orang yang sejak awal memang berisiko tinggi terhadap kematian akibat Covid-19 kemungkinan sudah divaksinasi. Salah satu contohnya adalah lansia.

3. Efektivitas vaksin mengalami penurunan seiring waktu, virus mengalami mutasi yang memungkinkannya untuk menghindari perlindungan vaksin, orang-orang perlu mendapatkan booster agar bisa tetap terlindungi.

 

Ironisnya, sebagian masyarakat tampak menunjukkan keengganan untuk mendapatkan booster. Padahal, pemberian booster terbukti dapat memperbaiki angka harapan hidup bila seseorang terpapar Covid-19, khususnya pada lansia.

"Saya yakin bila jumlah orang-orang divaksinasi terus terjaga, bila orang-orang mendapatkan booster, kita bisa memiliki musim liburan yang sangat aman dan sehat," lanjut Ashish Jha dari Gedung Putih.

Cakupan booster pertama dan kedua yang luas dinilai dapat kembali memperbaiki imunitas kelompok terhadap Covid-19. Selain itu, cakupan booster yang luas juga dapat memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap risiko sakit berat.

"(Akan ada) peningkatan imunitas pada populasi yang cukup berarti," ujar.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement