Kamis 01 Dec 2022 01:38 WIB

Zulhas: Tanpa UMKM, Indonesia Sulit Jadi Negara Maju

Ritel modern memiliki jaringan logistik distribusi yang kuat.

Rep: dedy darmawan nasution/ Red: Hiru Muhammad
Pengunjung memilih makanan cepat saji yang dijual dalam Pertamina SMEXPO 2022 di FX Sudirman, Jakarta, Rabu (30/11/2022). Pertamina SMEXPO 2022 bertemakan
Foto: ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Pengunjung memilih makanan cepat saji yang dijual dalam Pertamina SMEXPO 2022 di FX Sudirman, Jakarta, Rabu (30/11/2022). Pertamina SMEXPO 2022 bertemakan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menegaskan pertumbuhan ekonomi di dalam negeri berada di tangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Pelaku usaha di sektor UMKM harus didukung dan difasilitasi agar dapat berkolaborasi dan menjalin kerja sama dengan platform lokapasar (marketplace) dan ritel modern.

"Tanpa UMKM yang tumbuh, Indonesia sulit menjadi negara maju. Kunci pertumbuhan ekonomi di dalam negeri berada di tangan UMKM. Untuk itu, UMKM harus difasilitasi agar dapat menjalin kerja sama dengan marketplace dan ritel modern," katanya dalam keterangan tertulis, Rabu (30/11/2022).

Baca Juga

Ia mengatakan, ritel modern memiliki jaringan logistik distribusi yang kuat. Karena itu, ritel modern dapat membantu UMKM untuk menyuplai bahan baku sekaligus memasarkan produk. "Untuk pemasaran, UMKM juga bekerja sama dengan marketplace agar lebih dekat dengan konsumen," ujarnya.

Marketplace, lanjutnya, juga menjadi salah satu cara untuk meningkatkan penjualan pasar rakyat. Penggunaan platform digital di pasar rakyat pun mampu meningkatkan omzet pedagang hingga tiga kali lipat.

Ia memaparkan, dalam lima tahun terakhir (2017—2021), ekonomi digital di Indonesia menunjukkan potensi yang besar dalam kontribusi bagi perekonomian. Ekonomi digital Indonesia diprediksi akan mencapai akumulasi nilai pembelian atau gross merchandise value (GMV) sebesar 77 miliar dolar AS pada 2022, atau tumbuh 22 persen dalam setahun terakhir.

Hingga tahun 2025, ekonomi digital Indonesia diproyeksikan mencapai 130 miliar dolar AS dan diperkirakan akan tumbuh tiga kali lipat, yakni kisaran 220 miliar dolar AS hingga 360 miliar dolar AS pada 2030.

"Saat ini, pertumbuhan ekonomi digital Indonesia dari sisi perdagangan tercermin dari pertumbuhan niaga elektronik (e-commerce) yang signifikan. Ini seiring dengan meningkatnya akseptasi dan preferensi masyarakat dalam berbelanja daring," jelasnya.

Sepanjang semester I-2022, transaksi e-commerce meningkat sebesar 22,1 persen dari tahun sebelumnya dengan nilai mencapai Rp 227,8 triliun dan secara volume meningkat sebesar 39,9 persen dari tahun sebelumnya hingga mencapai 1,74 juta transaksi. Sementara itu, Transaksi Uang Elektronik (UE) juga tumbuh sebesar 40,6 persen dari tahun sebelumnya, mencapai Rp 185,7 triliun.

Zulkifli mengatakan, tingginya potensi ekonomi digital tersebut tidak lepas dari terus meningkatnya jumlah pengguna internet di Indonesia. Saat ini, sekitar 202,6 juta penduduk Indonesia telah memiliki akses terhadap internet. Selain itu, pandemi Covid-19 menjadi momentum akselerasi transformasi perdagangan digital di Indonesia.

"Adanya perkembangan teknologi gelombang baru ekonomi digital harus terus didorong untuk lebih dimanfaatkan, bukan sekedar memfasilitasi transaksi, namun juga proses produksi dan logistik," katanya. 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement