Kampus--Rentetan gempa terjadi di sejumlah daerah di Indonesia pascakejadian Gempa Cianjur, Jawa Barat tidak saling berkaitan. Pakar gempa dan Dosen Teknik Geologi UGM, Dr Gayatri Indah Marliyani, berpendapat Gempa Cianjur pada 21 November 2022 tidak memicu gempa yang terjadi di wilayah lain di Indonesia,
Sejumlah gempa terjadi menyusul Gempa Cianjur , semisal gempa Probolinggo pada Sabtu (03/12) dengan magnitudo 4.1, Gempa Garut Sabtu (03/12) dengan magnitudo 6.1, Gempa Gunung Kidul Ahad (04/12), Gempa Bangkalan Ahad (04/12), dan Gempa Jember pada Selasa (6/12) dengan magnitudo 6,2.
“Gempa Garut tersebut terjadi pada zona intraplate lempeng IndoAustralia yang menyusup di bawah Pulau Jawa. Sementara itu, gempa di Jatim berada pada zona prisma akresi di zona subduksi Jawa bagian timur," tutur Gayatri di Kampus UGM, Rabu (07/12/22).
Melihat dari jenis kegempaan dan lokasi sumber gempanya, Gayatri seperti dilansir laman resmi UGM, menjelaskan gempa-gempa tersebut tidak berkaitan satu sama lain. Wilayah di sepanjang zona subduksi seperti sepanjang lepas pantai barat Sumatra sampai Lombok memang berada pada daerah tektonik aktif sehingga banyaknya kejadian gempa bumi di sekitar wilayah ini sebagai sesuatu yang wajar.
“Gempa yang terjadi adalah fenomena alam yang terjadi akibat pelepasan energi ketika tubuh batuan kerak bumi retak, patah, dan bergerak akibat tekanan yang berasal dari pergerakan lempeng-lempeng tektonik di bumi," katanya.
Ia melihat di wilayah Indonesia terdapat banyak lempeng tektonik yang saling bertabrakan, antara lain lempeng Indo-Australia, Eurasia, Pasifik, Filipina dan beberapa lempeng lainnya. Lempeng-lempeng ini bergerak dengan kecepatan sekitar 4-7 cm per tahun sehingga pada batas-batas tumbukan lempeng ini, energi dari pergerakan tersebut terakumulasi, menyebabkan terjadinya retakan dan pergerakan patahan yang disertai dengan peristiwa gempa bumi.
Rentetan gempa yang terjadi di seluruh wilayah Indonesia ini merupakan fenomena alam. Jika diamati maka gempa di wilayah Indonesia setiap hari pasti terjadi, terutama gempa-gempa bermagnitudo kecil (M2-3). Sedangkan untuk gempa menengah (M4-5) frekuensi kejadian harian juga cukup besar, sedangkan gempa besar (>M5) hampir setiap tahun terjadi di wilayah Indonesia.
“Hanya tidak selalu menimbulkan kerusakan sehingga tidak selalu menjadi perhatian. Adanya peristiwa yang dianggap rentetan oleh masyarakat sebenarnya lebih terkait kepada perhatian masyarakat yang meningkat terhadap kejadian gempa sesudah terjadinya gempa merusak di Cianjur belum lama ini," terangnya.
Tidak perlu Panik
Gayatri berpesan masyarakat tidak perlu merasa waswas yang berlebihan. Fenomena kejadian gempa yang seolah-olah meningkat akhir-akhir ini, menurutnya lebih dikarenakan kecepatan pertukaran informasi dan perhatian masyarakat yang meningkat pasca terpicu kejadian gempa merusak yang menimbulkan korban jiwa belum lama ini di Cianjur.
Meski begitu, ia mengingatkan pentingnya kesadaran masyarakat Indonesia untuk selalu menyadari bila sebagian besar dari mereka tinggal di wilayah rawan gempa bumi. Masyarakat diharapkan tetap meningkatkan kewaspadaan sehingga semuanya akan lebih siap untuk menghadapi berbagai kemungkinan yang terjadi.
“Tidak perlu kemudian panik dan was-was berlebihan terhadap fenomena alam ini. Meningkatkan kesadaran akan lingkungan sekitar dapat membantu kita untuk mempersiapkan diri menghadapi bencana yang mungkin terjadi. Literasi terhadap kondisi geologi di sekitar area tempat tinggal dan beraktivitas juga perlu ditingkatkan dengan mencoba memahami betul prosedur dan jalur evakuasi di manapun berada," imbuhnya.
Baca juga :
Gempa Garut Mencapai Magnitudo 6,4, Apa Itu Magnitudo ?
Peneliti UGM Deteksi Adanya Gejala Awal Gempa Cianjur
Mengapa Gempa Terjadi, Apa Jenis-jenis Gempa ?
Ini yang Harus Dilakukan Sebelum, Saat, dan Sesudah Gempa Bumi Menurut BMKG
Gempa Cianjur Adalah Gempa Tektonik, Apa Itu Gempa Bumi Tektonik ?.
Ikuti informasi penting dan menarik dari kampus.republika.co.id.Silakan sampaikan masukan, kritik, dan saran melalui e-mail : kampus.republika@gmail.com