Kamis 08 Dec 2022 10:14 WIB

BPIP: Tunjukkan Polisi yang Memiliki Rasa Kemanusiaan

Disayangkan prilaku polisi yang baik redup dan yang viral prilaku negatif

Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Antonius Benny Susetyo, menyerukan agar seluruh anggota Polisi Indonesia (Polri) menjadi polisi yang memiliki rasa kemanusiaan. \
Foto: istimewa
Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Antonius Benny Susetyo, menyerukan agar seluruh anggota Polisi Indonesia (Polri) menjadi polisi yang memiliki rasa kemanusiaan. \

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA-Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Antonius Benny Susetyo, menyerukan agar seluruh anggota Polisi Indonesia (Polri) menjadi polisi yang memiliki rasa kemanusiaan. 

Hal itu disampaikannya pada kegiatan Rakorbin SDM dan PNS Polri Tahun Anggaran 2022 dengan tema Mewujudkan "SDM UNGGUL POLRI PRESISI" untuk Meraih Kepercayaan Masyarakat, pada hari Rabu (06/12/2022). Acara ini diikuti oleh kurang lebih 350 polisi dari seluruh Indonesia dengan pegawai negeri sipil (PNS) di lingkungan Polri. Acara secara akbar dibuka oleh Wakil Kepala Polisi Indonesia (Wakapolri) Gatot Edy Pramono pada hari yang sama, di Kota Surabaya, Jawa Timur. 

Baca Juga

Benny, sapaan akrab Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP tersebut, menyatakan bahwa polisi harus memiliki jiwa kemanusiaan, yang artinya juga pengamalan nilai Pancasila.  "Polisi sebaiknya merangkul dan mengajak masyarakat, polisi menjadi sahabat masyarakat, menunjukkan sisi humanitas, itulah perwujudan nilai Pancasila," ujarnya.

Benny menyatakan polisi harus memiliki nilai arete. "Arete itu adalah nilai keutamaan. Untuk polisi, keutamaannya adalah melakukan pelayanan publik. Itu berarti menjadi role model: tidak sombong, tidak hedon, tidak serakah, tidak memiliki mental mencari jabatan, harus menjadi teladan, sadar situasi dan kondisi masyarakat sekitar," jelasnya. 

Salah satu rohaniwan Katolik ini menyayangkan viralnya perilaku oknum kepolisian yang buruk, sedangkan contoh-contoh perilaku baik malah redup. "Kasus yang diviralkan yang buruk-buruk, dan polisi mengalami demoralisasi. Ini sayang sekali, di saat banyak polisi yang melakukan tugas dan fungsinya. Harusnya dilakukan counter, tampilkan, viralkan, dan sebarkan, polisi-polisi yang melakukan tugasnya dengan baik dan benar," sebutnya. 

"Polisi juga, jika memang ada oknum yang melakukan kesalahan, jangan defensif, membela diri, tetapi memberikan contoh tanpa menjadi arogan. Polisi memperlihatkan bahwa kesalahan-kesalahan itu bukan wajah polisi, sentuh masyarakat dengan langsung berhubungan dengan publik."

Benny menyarankan pendekatan humanis dari polisi kepada masyarakat untuk mewujudkan nilai arete. "Pendekatan bukan dengan kekerasan, arogansi, kekuasan. Kerendahan hati, beriman dan bertakwa, berjiwa ksatria, memiliki hati yang damai dan sejahtera serta gembira, bekerja bukan karena terpaksa, akan mewujudkan pendekatan yang humanis, pendekatan yang hangat, kepada masyarakat," tuturnya. 

Pakar komunikasi politik ini mengusulkan pendekatan dengan memakai sosial media agar dapat merebut ruang publik. "Sebarkan bukti-bukti audio visual tentang polisi yang menjalankan pendekatan humanis dan menjadi teman masyarakat. Gunakan kemajuan teknologi dan kemampuan SDM polisi yang melimpah untuk mengolah agar publik tahu, polisi bukan hanya sekedar penegak hukum, tetapi malaikat tak bersayap menemani masyarakat," katanya. 

Akhir kata, Benny menyebutkan keinginan dan harapannya agar polisi benar-benar mampu menjadi polisi yang berteman dengan masyarakat dan role model di tengah-tengah masyarakat. "Polisi harus memiliki rasa hati, melihat fenomena dan kondisi masyarakat, menjadi rendah hati dan kepekaan. Polisi bisa bersinar, masalah lama mari jadi pembelajaran, mari menata masa depan, dan milikilah arete sebagai tujuan hidup," tuturnya.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement