REPUBLIKA.CO.ID., ANKARA -- Uji coba rudal balistik Turki untuk "menakut-nakuti" Athena, kata Presiden Recep Tayyip Erdogan pada hari Ahad (11/12/2022). Ia juga menegaskan bahwa Ankara tidak akan duduk diam jika Yunani terus mempersenjatai pulau-pulau Aegea.
"Sekarang kami sudah mulai memasang rudal kami. Tentu saja, langkah ini membuat orang Yunani ketakutan. Ketika Anda mengatakan 'Tayfun' (Topan), orang Yunani takut. Mereka (Yunani) mengatakan itu akan menghantam Athena. Tentu saja, itu akan menghantam,” ujar dia.
“Jika Anda mencoba membeli sesuatu (untuk mempersenjatai) dari sana-sini, dari Amerika hingga pulau-pulau, negara seperti Turki tidak akan menjadi penonton. Dia harus melakukan sesuatu,” kata Erdogan di sebuah acara di provinsi Samsun.
Pada Oktober, Turki melakukan uji tembak rudal balistik jarak pendek buatan dalam negeri Tayfun (Topan) di atas Laut Hitam. Rudal tersebut dapat mencapai target pada jarak 561 kilometer dalam 456 detik.
Turki, anggota NATO selama lebih dari 70 tahun, telah mengeluhkan tindakan provokatif dan retorika berulang kali oleh Yunani di wilayah tersebut dalam beberapa bulan terakhir, termasuk mempersenjatai pulau-pulau di dekat pantai Turki yang didemiliterisasi berdasarkan perjanjian internasional. Langkah seperti itu dapat menggagalkan upaya itikad baiknya untuk perdamaian.
AS Terus Dukung Kelompok Teror di Suriah Utara
Beralih ke masalah sekutu NATO lainnya, Erdogan mengkritik AS karena memberikan dukungan dan senjata kepada organisasi teroris di utara Suriah.
“Amerika mengirim 4.000-5.000 truk senjata dan amunisi ke Suriah utara. Meskipun saya sudah mengatakan ini berulang kali, mereka masih tidak peduli,” tekan dia.
"Kami bersama Anda di NATO. Meskipun kami bersama, Anda melakukan kesalahan kepada kami dan Anda berada di pihak organisasi teroris, kami akan bangkit dengan tali sepatu kami sendiri," imbuh Presiden.
Bulan lalu, Turki meluncurkan Operasi Claw-Sword di wilayah utara Irak dan Suriah, kampanye udara lintas batas melawan kelompok teror PKK, yang memiliki tempat persembunyian di perbatasan Irak dan Suriah.
Setelah operasi udara tersebut diluncurkan, Erdogan juga mengisyaratkan operasi darat ke Irak utara dan Suriah utara untuk memusnahkan ancaman teror.
PKK terdaftar sebagai organisasi teroris oleh Turki, Uni Eropa, dan AS, dan bertanggung jawab atas kematian 40.000 orang, termasuk wanita, anak-anak, dan bayi. YPG adalah cabang teroris PKK di Suriah.