REPUBLIKA.CO.ID., JENEWA -- Jurnalis yang tewas akibat kekerasan tahun ini mencapai 115 orang, meningkat 45 persen dibandingkan tahun lalu, jumlah ini tertinggi sejak tahun 2018, kata Press Emblem Campaign (PEC), organisasi jurnalis internasional yang berbasis di Jenewa, pada Rabu (14/12/2022).
Pada saat yang sama, saat ini rekor total 533 jurnalis ditahan di seluruh dunia, 13,4 persen lebih besar dari angka tahun lalu, menurut laporan tahunan kekerasan dan pelecehan terhadap jurnalis yang diterbitkan oleh Reporters Without Borders (RSF).
Ukraina dan Meksiko adalah negara paling berbahaya bagi awak media tahun ini, kata PEC dalam laporan tahunannya yang diterbitkan di Jenewa.
Sejak Januari, 115 jurnalis terbunuh di 29 negara di seluruh dunia.
"Jumlah jurnalis yang terbunuh meningkat 45 persen dibandingkan tahun lalu (79 korban). Ini adalah jumlah korban tertinggi sejak 2018, dengan kemunduran besar di Eropa akibat perang di Ukraina," kata Kepala PEC Blaise Lempen.
Amerika Latin Paling Tidak Aman
Berdasarkan wilayah, Amerika Latin menjadi wilayah berisiko tinggi dengan total 39 jurnalis yang tewas, diikuti Eropa dengan 37 korban, Asia 30, Afrika tujuh, dan Amerika Utara masing-masing dua korban.
Eropa mengalami penurunan keamanan bagi jurnalis, kondisi terburuk sejak perang di Yugoslavia dari tahun 1992 hingga 1999.
"Di Ukraina, sulit untuk menetapkan jumlah pasti kematian wartawan tanpa adanya penyelidikan independen, tetapi PEC menghitung 34 korban sejak awal invasi Rusia pada 24 Februari," kata pernyataan dari organisasi tersebut.
Sedikitnya delapan wartawan tewas dalam menjalankan tugas dan dua lainnya dalam penembakan Rusia atau kejahatan lainnya, dan sedikitnya 14 sebagai pejuang di tentara Ukraina,
Di antara 34 korban yang tercatat di Ukraina, delapan adalah orang asing.
Setelah Ukraina, Meksiko menjadi negara yang paling berbahaya dengan 17 korban, angka kematian tahunan tertinggi setidaknya sejak awal abad ini di negara tersebut.
Sementara itu, China, “di mana sensor dan pengawasan telah mencapai tingkat tinggi” terus menjadi penjara terbesar di dunia bagi jurnalis, dengan total 110 jurnalis saat ini ditahan, kata RSF.
Iran, dengan 47 wartawan yang ditahan, menjadi penjara jurnalis terbesar ketiga di dunia hanya satu bulan setelah dimulainya protes besar-besaran di negara itu.