Kamis 15 Dec 2022 19:19 WIB

UIN Sunan Kalijaga Diminta Didik Calon Pemimpin Bangsa dengan Tradisi Intelektual Membumi

Pemikiran geopolitik Soekarno yang mengedepankan pentingnya penguasaan iptek.

Kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Foto: Yusuf Assidiq.
Kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Doktor Hasto Kristiyanto mengatakan Indonesia harus terus berupaya membangun kepemimpinan dalam seluruh aspek kehidupan, agar bisa menjadi bintang pengarah bagi dunia dengan ideologi Pancasila.

Hasto menyatakan hal itu saat menjadi pembicara dalam Seminar di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, pada Kamis (15/12/2022). Hasto berada di sana untuk berbicara mengenai teori geopolitik dan Api Keislaman Soekarno.

Baca Juga

“Kita harus membangun kepemimpinan dalam seluruh aspek kehidupan agar Pancasila menjadi bintang pengarah, bukan hanya bagi Indonesia sendiri, tapi juga bagi dunia,” kata Hasto.

Dalam konteks itu, Hasto menitipkan harapan dan peran yang bisa dijalani UIN Sunan Kalijaga. Yakni dengan turut menyiapkan diri menghadapi kondisi global saat ini. 

Karena berdasarkan teori geopolitik Soekarno, ketika diuji secara kuantitatif, menunjukkan bahwa kita akan menjadi bangsa dengan pertahanan yang hebat, apabila Indonesia menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. 

"Karena itulah tidak mungkin menjadi pemimpin yang hebat tanpa membangun tradisi intelektual yang kuat. Salah satu substansi dari pemikiran geopolitik Soekarno bagaimana kita jadi pemimpin melalui tradisi intelektual yang membumi dalam alam pikir rakyat Indonesia," kata Hasto.

Hasto kembali menegaskan geopolitik Soekarno yang mengedepankan pentingnya penguasaan iptek dengan membangun rasa percaya diri sebagai bangsa merdeka dan kita mengulurkan tangan bagi persaudaraan dunia. 

"Kita menjadi fasilitator. Ini yang bisa kita lakukan, memiliki outward looking, pandangan harus keluar," sebut Hasto.

Selain itu, Hasto yang juga Sekjen PDIP itupun memaparkan kaitan Soekarno dan pemikiran Islam yang didalaminya. 

"Bagaimana Islam is a progress, yang berkemajuan. Maka Soekarno mendapat terang dari Islam dan kemudian berubah jiwanya tentang cita-cita Islam dalam pembebasan umat manusia yang tertindas dan itu dijadikan sebagai suatu energi penggerak bagi Soekarno dalam mencapai kemerdekaan Indonesia. Tapi Soekarno belum menemukan jawaban mengapa bangsa Indonesia menjadi bangsa terjajah, mengapa ada rakyat miskin? Kemudian Bung Karno merumuskan penjajahan terjadi akibat kapitalisme atau suatu sistem yang menghisap dan menciptakan ketidakadilan serta konsentrasi kapital. Lalu Bung Karno belajar tentang sejarah peradaban nusantara dan peradaban dunia hingga melahirkan Pancasila yang seharusnya dijalankan secara progresif," papar pria kelahiran Yogyakarta itu.

Hasto memaparkan, belajar dari tradisi intelektual Soekarno, gerakan Islam harus berperan dalam konteks politik pendidikan yang mencerdaskan kehidupan bangsa, yang membebaskan dari berbagai bentuk penjajahan. “Karena bukankah Islam anti penindasan? Ini muncul dalam renungan kritis yang dilakukan oleh Soekarno. Atas dasar hal tersebut Soekarno mengandrungi pemikiran sosialisme Islam HOS Cokroaminoto,” tegas Hasto.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement