REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah langkah dipersiapkan manajemen PT Repower Asia Indonesia Tbk (Repower) untuk mengantisipasi kondisi ekonomi global tahun depan. Manajemen perusahaan yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia ini berniat memperluas segmentasi pasar.
Direksi Repower Yahya Attamimi mengatakan perseroan menerapkan berbagai strategi bisnis untuk menggenjot penjualan perumahan. Langkah strategis itu dengan memperluas segmentasi pasar melalui remodelling product terhadap proyek yang sedang berjalan
“Strategi kami ke depan tahun 2023 untuk menghadapi kondisi yang menantang ini diantaranya melakukan kajian ulang dalam bentuk redesign atau resizing terhadap produk pada proyek-proyek yang sedang berjalan, khususnya pada proyek rumah tapak," ujar Yahya saat Public Expose (Pemaparan Publik) secara virtual, Jumat (16/12/2022).
"Remodelling ini merupakan salah satu upaya yang kami lakukan agar produk dapat menyesuaikan kondisi dan kebutuhan pasar, sehingga diharapkan produk yang disediakan dapat lebih cepat terserap masyarakat,” kata dia melanjutkan.
Manajemen perusahaan dengan kode saham REAL ini juga menjalin kerja sama dengan mitra strategis secara paralel untuk menghadirkan peluang bisnis lainnya. Belum lama ini, Repower menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) dengan Indonesia Soken untuk menarik minat investor Jepang guna mendukung pengembangan bisnis properti di Indonesia.
Direksi Repower, Sjafardamsah, mengatakan hingga akhir Desember 2022 perseroan akan mengejar proyeksi penjualan sampai dengan Rp 13,22 miliar. Selain itu, ditunjang dengan langkah strategis dan upaya tersebut, perseroan tetap optimistis dengan penjualan pada 2023 yang diproyeksikan sebesar Rp 40,29 Miliar, tumbuh tiga kali lipat lebih dibandingkan proyeksi 2022.
"Walaupun terdapat berbagai tantangan dan sentimen yang perlu diperhatikan tahun depan, seperti inflasi, kenaikan suku bunga The Fed yang dapat berdampak pada suku bunga acuan nasional, kenaikan harga bahan bangunan, serta memasuki tahun politik, perseroan masih tetap optimis untuk dapat meningkatkan penjualan," ujar Sjafardamsah.
Optimisme ini juga tecermin dari kebutuhan perumahan yang masih tinggi sesuai data Kementerian PUPR. Bahwa backlog perumahan sebesar 12,75 juta yang didominasi oleh 47 persen generasi milenial. Hal ini membuat pasar properti Indonesia masih pada situasi sunrise yang akan terus tumbuh khususnya untuk segmen pasar end user.
Melihat hal itu, dengan penuh inovasi dan antisipasi, Sjafardamsah yakin perseroan mampu mencetak penjualan sebesar Rp 40,29 miliar pada 2023. "Selain itu kami juga sedang mengkaji pengembangan beberapa proyek potensial untuk meningkatkan penjualan,” ucapnya menambahkan.