Ahad 18 Dec 2022 12:17 WIB

Kiat Jaga Finansial Stabil Hadapi Ancaman Resesi 2023

Di tengah masa ketidakpastian, masih tetap ada peluang ekonomi yang bisa tercipta.

Mengelola keuangan agar stabil dalam menghadapi ancaman resesi.
Foto: pixabay
Mengelola keuangan agar stabil dalam menghadapi ancaman resesi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perencana keuangan Prita Hapsari Ghozie membagikan kiat-kiat sederhana bagi masyarakat agar bisa menjaga kondisi finansial pribadi maupun keluarganya tetap stabil dalam menghadapi ancaman resesi 2023.

"Pertama harus selalu miliki dana darurat yang cukup, tempatinnya di mana? Tempatkan di tempat yang likuid seperti tabungan biasa, reksadana pasar uang, atau bisa di deposito tanpa pinalti," ujar Prita baru-baru ini.

Baca Juga

Dengan memiliki dana yang likuid, apabila terjadi sesuatu yang di luar perencanaan keuangan di masa ketidakpastian maka pemilik dana bisa mengambilnya tanpa perlu kesulitan akses. Kiat kedua yang disarankan Prita menghadapi ancaman resesi global 2023 ialah merendahkan angsuran dan cicilan.

Pemilik dana sebaiknya mengambil keputusan untuk mengangsur atau mencicil dengan lebih bijak mengingat adanya kekhawatiran terhadap kenaikan suku bunga. "2023 itu ditakuti orang-orang karena potensi naiknya suku bunga. Apalagi untuk suku bunga yang floating itu bisa mengubah kondisi keuangan kita. Bisa jadi yang tadinya keuangannya sehat malah menjadi tidak baik," ujarnya.

Selanjutnya untuk kiat ketiga, Prita menyarankan agar masyarakat bisa lebih aktif menabung jika memiliki dana berlebih. Sesuaikan profil risiko dengan instrumen untuk menabung.

Misalnya anda termasuk orang yang takut berinvestasi di saham karena kenaikan atau turunnya harga saham, maka anda bisa memilih investasi deposito atau reksadana pasar uang. Menurut Prita di tengah masa ketidakpastian, masih tetap ada peluang ekonomi yang bisa tercipta dan justru dapat menjadi momen seseorang untuk menata keuangannya menjadi lebih optimal.

Meski begitu, ia mengingatkan masyarakat agar bisa berinvestasi di pihak resmi atau telah diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). "Perlu diingat hindari tawaran-tawaran investasi yang terkesan memberi keuntungan dalam waktu instan. Ketika untungnya besar dan terasa tidak masuk akal itu harus ditolak jauh-jauh," tuturnya.

 

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement