Ahad 18 Dec 2022 15:20 WIB

Siapakah Orang yang Beruntung Menurut Islam? Ini Penjelasan Ustadz Adi Hidayat

Terdapat orang yang merugi dan beruntuk menurut ajaran Islam

Rep: Andrian Saputra/ Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi orang beriman. Terdapat orang yang merugi dan beruntuk menurut ajaran Islam
Ilustrasi orang beriman. Terdapat orang yang merugi dan beruntuk menurut ajaran Islam

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Manusia berpotensi mengalami kerugian bila tidak dapat memanfaatkan waktu dengan baik dan memiliki nilai di sisi Allah SWT. 

Namun demikian, menurut Pimpinan Quantum Akhyar Institut, Ustadz Adi Hidayat, menyatakan terdapat manusia yang melakukan empat kegiatan yang bermanfaat di sisi Allah SWT, maka mereka digolongkan sebagai manusia yang beruntung dan bahagia saat kembali kepada Allah SWT.  Siapa sajakah mereka?

Baca Juga

Pertama, orang-orang yang beriman. Ustadz Adi Hidayat mengatakan bahwa Allah SWT menginginkan semua hamba bahagia dan tidak mengalami kerugian dalam menjalani hidup. 

Akan tetapi ada manusia yang telah diberikan Allah petunjuk agar mencapai kebahagiaan namun manusia itu menolaknya sehingga dia justru berada dalam kerugian dan kesengsaraan. 

"Allah SWT itu menebarkan hidayah. Tidak ada hamba yang tidak dapat hidayah. Diberikan Allah SWT. Cuma sayang ketika diberi, hamba itu tak mau ambil," kata UAH saat mengisi tabligh akbar di Masjid Masjid Raya Lantai Batu Sumatera Barat yang juga disiarkan melalui kanal YouTube resmi Adi Hidayat Official beberapa waktu lalu. 

UAH mencontohkan seperti Firaun. Kendati pun mengaku dirinya Tuhan, namun Allah SWT memberikan kesempatan Firaun untuk menggapai hidayah dengan diutusnya Nabi Musa dan Nabi Harun. Akan tetapi Firaun tidak mau mengambil hidayah tersebut. 

Karena itu, kata UAH, bila seorang hamba menginginkan keberuntungan hendaknya secepatnya mengambil iman dan menyimpannya dengan kuat di dalam kalbu.  

Orang-orang yang imannya kuat akan memiliki getaran di harinya dan akan segera merespons ketika dirinya diperdengarkan nama Allah SWT. UAH menjelaskan ketika iman sudah masuk dalam jiwa seorang hamba, maka hamba tersebut akan dibimbing dalam setiap aktivitasnya sehingga amalnya menjadi baik dan terhindar dari hal-hal yang dapat menjerumuskannya pada kerugian.  

Kedua mengerjakan amal saleh. UAH menjelaskan pekerjaan yang dibimbing oleh iman disebut dengan amal saleh. 

Baca juga: Eks Marinir yang Berniat Mengebom Masjid Tak Kuasa Bendung Hidayah, Ia pun Bersyahadat

Orang yang mengerjakan perbuatannya karena iman dan menjadi amal saleh maka akan mempunyai nilai di hadapan Allah. Nilai itu disebut dengan hasanah. 

"Jadi kalau kita hanya bekerja saja, jualan ke kantor, makan minum, itu jahiliah pun mengerjakan itu. Kalau tak berbuat jahat tapi hanya mengerjakan dunia saja nanti dunia saja tapi ke akhirat ngga punya bekal karena tak ada hasanahnya. Maka cari perbuatan-perbuatan yang punya nilai dihadapan Allah SWT, apa itu adalah semua perbuatan yang dibenarkan oleh Allah," kata UAH. 

Ketiga, melakukan perbuatan yang benar. UAH mengatakan semua perbuatan yang dibenarkan Allah SWT disebut dengan haq. 

UAH mencontohkan berdoa dalam setiap melakukan aktivitas merupakan haq atau perbutan yang dibenarkan Allah SWT dan mempunyai nilai hasananh yang kelak akan diperlihatkan kepada hamba tersebut di akhirat. 

Maka menurut UAH seorang hamba hendaknya mengevaluasi diri apakah setiap perbuatan yang dilakukannya adalah haq dalam pandangan Allah SWT. 

Keempat, sabar. UAH menjelaskan ketika hamba telah beriman dan menghiasi waktunya dengan amal saleh Allah SWT maka hendaknya hamba tersebut menjaganya hingga akhir hayat dengan penuh kesabaran.

Orang-orang yang bersabar dalam keimananya dan mengerjakan amal saleh maka bagi hamba tersebut hidupnya akan dimuliakan, meninggalnya akan dalam keadaan tenang, dan ketika sakaratul maut akan ditampakan surga serta di akhirat disambut para malaikat di surga. 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement