Senin 19 Dec 2022 00:15 WIB

Nikmat Allah

Mensyukuri nikmat dengan cara berbuat baik.

NIkmat (ilustrasi)
NIkmat (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: D Iskandar

''Sesungguhnya, pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.'' (QS Al Israa [17]: 27).

Baca Juga

Islam mengajarkan kepada pemeluknya untuk hidup hemat, yaitu membelanjakan uangnya selaras dengan kebutuhan dan tidak (berlebihan) mengikuti ''selera'' nafsunya. Hemat berarti tidak boros, irit, sangat hati-hati dalam mengeluarkan/membelanjakan uang. Dengan hidup hemat, seorang Muslim menjadi bersahaja dalam menjalani kehidupan karena merasa cukup dengan kenikmatan yang dimiliki, yang pada gilirannya membentuk pribadi yang bersyukur dan tawadu.

Pada sisi lain, Islam mengajarkan kepada pemeluknya jangan bakhil. Karena, orang yang bakhil menghalangi dirinya (terasa berat) untuk bersedekah, yang membuat dirinya menjadi tamak dan rakus.

Biasanya, orang yang boros akan menghabiskan uangnya untuk sesuatu yang tidak bermanfaat. Bahkan, sering kali ditujukan untuk maksud-maksud yang lain, pamer diri.

Nabi SAW merupakan suri teladan bagi manusia (umat Islam). Dalam menjalani hidupnya, beliau sangat sederhana. Pernah sahabat Umar Ibnu Khatab RA datang menemui Nabi SAW dan sangat sedih melihat beliau tidur beralaskan tikar sehingga tanda guratan tikar berbekas di tubuh beliau.

Umar RA menawarkan permadani untuk alas tidurnya, tapi Nabi Muhammad SAW menolak. Begitu juga ketika makan, beliau memakan hidangannya hingga butir terakhir.

Suatu ketika Nabi SAW datang bergilir kepada Aisyah. Beliau melihat sepotong pecahan kue lalu beliau mengambilnya, mengusapnya, dan memakannya. Kemudian, beliau bersabda, ''Berlaku baiklah kalian kepada serpihan nikmat-nikmat Allah. Jangan kalian menyia-nyiakannya. Jika ia hampir hilang dari suatu kaum, ia kembali kepada mereka.'' (HR Al Baihaqi dari Anas bin Malik).

Hadis di atas menganjurkan agar kita berlaku baik terhadap serpihan nikmat-nikmat Allah dengan cara memeliharanya dan mensyukurinya. Sebagaimana firman Allah, ''Sesungguhnya, jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu. Dan, jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.'' (QS Ibrahim [14]: 7).

Mensyukuri nikmat dengan cara berbuat baik kepada karib kerabat, kepada orang-orang yang membutuhkan, dan memelihara harta kekayaan untuk tidak digunakan terhadap hal-hal yang tidak ada faedahnya. Al Ghazali berkata, ''Perkara yang sangat berat adalah menghina memuliakan, berpisah setelah bertemu, dan hilangnya nikmat dari suatu kaum lantaran mereka tidak berlaku baik terhadap serpihan nikmat kemudian mereka harapkan nikmat itu kembali kepada mereka.'' Barakallahu fikum.

sumber : Republika
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement