Senin 19 Dec 2022 18:20 WIB

Makna Laa Ilaaha Illallah Menurut Buya Yahya

Sesembahan selain Allah adalah salah.

Rep: Mabruroh/ Red: Ani Nursalikah
Makna Laa Ilaaha Illallah Menurut Buya Yahya
Foto: Islamic Dakwah Centre
Makna Laa Ilaaha Illallah Menurut Buya Yahya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Laa Ilaaha Illallah Muhammad Rasulullah adalah kalimat syahadat yang merupakan rukun Islam pertama. Dengan mengucapkan dua kalimat syahadat tersebut, seseorang bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah.

Menurut Kyai Yahya Zainul Ma’arif atau yang akrab disapa Buya Yahya dalam ceramahnya, laa ilaaha illallah secara lafadz maknanya tiada Tuhan selain Allah. Akan tetapi, kata dia, yang menjadi masalah adalah ketika seseorang mengakui tidak ada Tuhan selain Allah, tetapi dia lebih tunduk pada sesuatu selain Allah.

Baca Juga

“Pada zaman dahulu sebelum datang Nabi Muhammad SAW, orang-orang kafir Quraisy mempercayai adanya Allah dan mereka mengatakan Tuhannya hanya Allah, akan tetapi mereka membuat berhala-berhala dan disembah. Mereka mempercayai adanya Tuhan Allah tetapi menyembah selain Allah,” kata Buya

“Bahkan mereka ada yang mengatakan bahwa ini (berhala) bukan Tuhan tetapi aku menyembah ini karena ingin mendekatkan diri kepada Allah,” kata Buya dalam ceramahnya di akun Youtube Al Bahjah TV, Senin (19/12/2022). 

Sehingga pada saat itu berhala-berhala tersebut tidak diletakkan di gunung-gunung melainkan diletakkan mengitari Ka'bah. Saat itu ada lebih dari 300 berhala-berhala yang mengelilingi Ka'bah, mengitari di kanan-kiri ka'bah.

“Mempercayai  adanya Allah tapi masih menyembah selain Allah, karena apa? Mereka belum kenal Allah secara sesungguhnya dan tidak mengenal makna laa ilaaha illallah,” ujar Buya.

Pengasuh Pondok Pesantren Al Bahjah itu lantas menjelaskan, makna laa ilaaha illallah adalah tiada Tuhan selain Allah yang dibarengi dengan bahwasanya tidak ada sesuatu yang layak, yang benar, yang pantas untuk disembah selain Allah.

“Disembah ini maknanya luas, sujud adalah termasuk menyembah, tetapi sesembahan yang sesungguhnya hanya Allah. Menyembah juga bisa dimaknai pengabdian, kalau itu dalam bentuk perilaku selain daripada sujud,” kata Buya

Selama ini orang menyembah dengan sujud saja, meskipun itu benar bentuk dari menyembah kepada Allah SWT, akan tetapi kata dia, bila dimaknai lebih luas lagi, pengabdian itu bisa berupa ibadah kepada Allah atau apapun perbuatan baik yang diniatkan semata-mata hanya karena Allah.

“Pengabdian ibadah yang dilakukan, termasuk sedekah yang dilakukan, apapun dari kebaikan yang dilakukan hendaknya karena Allah SWT, ini juga makna ikhlas. Mukhlisina lahuddin, orang yang tulus dalam hatinya dalam melakukan kebaikan-kebaikan karena Allah SWT,” kata Buya.

Jadi tegasnya, makna laa ilaaha illallah adalah mengabdi hanya kepada Allah dan tidak ada yang pantas disembah kecuali kepada Allah SWT. La ma’buda bihaqqin bilwujud di semesta ini tidak ada yang layak disembah kecuali Allah.

“Sesembahan selain Allah adalah salah. Yang sembah ke matahari salah, yang menyembah ke bintang-bintang salah, yang menyembah ke pohon salah, nyi lorong kidul salah, tidak ada dewa-dewi, itu palsu, dusta, tidak ada dewa-dewi, yang ada hanya Tuhan Allah yang Maha Tunggal. Selesai,” kata Buya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement