Intel menyamar wartawan itu biasa, tapi gara-gara jaket wartawan dikira intel itu baru sengsara.
Sering bersama wartawan, intel tidak lantas menjadi wartawan. Tapi di Blora Jawa Tengah, ada intel polisi yang ditugaskan menyamar menjadi wartawan resmi. menjadi anggota organisasi wartawan, bisa ikut uji kompetensi karena ada pengantar dari lembaga pres yang mempekerjakannya.
Lantas, jika sering bersama intel di lapangan saat meliput demonstrasi, apakah wartawan tersebut menjadi intel? Pernah terjadi di Taksikmala dan Bandung. Saat kerusuhan Tasikmalaya pada 1996, ada wartawan yang dianggap oleh pendemo sebagai intel.
DI Bandung, kejadian serupa dialami oleh wartawan Sinar Harapan Biro Bandung. Kisahnya ia tuliskan dalam buku kumpulan cerita wartawan, Pistol & Pembalut Wanita, yang diterbitkan oleh Forum Diskusi Wartawan Bandung (FDWB) pada 2007. Saat itu ia meliput demonstrasi korban saluran udara tegangan ekstra tinggi (SUTET). Mereka berdemo di kantor PLN Bandung.
Wartawan ini berada di kerumuman massa bersama intel yang menyamar sebagai wartawan. Tapi setiap hendak bertanya, para pendemo enggan memberikan keterangan. Bahkan menghindar dan berbisik sesame pendemo: Hati-hati intel. Bagaimana mereka tahu ada intel? Wartawan ini baru tahu jika yang dituduh sebagai intel justri dirinya, bukan para intel yang menyamar sebagai wartawan.
Itu ia ketahui setelah ia mencopot jaket. Ia pun tertawa, setelah membaca tulisan di dada kiri jaket yang ia pakai. Jakat yang gunakan hari itu adalah jaket merchandise dari liputan soal perangkat lunak komputer, yaitu prosesor Intel. Nah, intel itulah yang tertulis di dada kiri jaket yang ia kenakan, yang membuat dirinya susah mendapatkan cerita dari para pendemo karena dikira intel.
Hal itu pulah yang terjadi di kerusuhan Tasikmalaya, si wartawan dikira intel juga karena ia mengenakan jaket bertulis intel.
Priyantono Oemar