Oleh: Batara Hutagalung, Pemerhati Sejarah.
Pemberian nama tanggal 22 Desember sebagai "Hari Ibu" sangat tidak tepat. Seab, yYang berjuang tahun 1926/1928 bukan hanya ibu-ibu yang memiliki anak, melainkan juga para remaja perempuan
Pada waktu itu, perempuan2 pribumi dari berbagai organisasi yang berdasarkan kesukuan atau keagamaan, pertama kali mengadakan pertemuan besar, dalam rangka mempersatukan organisasi2 tersebut, dengan tujuan untuk membentuk BANGSA INDONESIA.
Selain itu, penggagas Kongres Perempuan Indonesia Pertama adalah Nona R. Ayu Suyatin (ejaan lama: Soejatin), seorang guru yang masih lajang. Bersama rekan-rekan gurunya, tahun 1927 ia mendirikan organisasi perempuan yang dinamakan Putri Indonesia. organisasi ini merupakan organisasi perempuan pribumi pertama di wilayah jajahan Belanda yang menggunakan nama Indonesia.
Organisasi Putri Indonesia tersebut ikut dalam panitia penyelenggaraan Kongres Perempuan Indonesia Pertama. Juga para pembicara bukan semuanya ibu, melainkan juga perempuan lajang. Maka Seharusnya namanya adalah HARI JUANG PEREMPUAN.Dalam bahasa Inggris adalah "Indonesian Women's Fighting Day"
Dengan demikian tidak akan ada salah pemahaman dan tidak diidentikkan dengan "Mother's Day" di Amerika dan Eropa.