REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Utara (Korut) melanjutkan program rudalnya pada tahun 2022 dan mengambil langkah maju untuk menggelar uji coba nuklir lagi. Sementara dunia sibuk dengan pandemi Covid-19 dan perang di Ukraina.
Korut baru mengakui wabah Covid-19 pada bulan Mei lalu tapi sudah lama menutup perbatasan dan menerapkan berbagai kebijakan demi mencegah penyebaran virus. Pyongyang juga menghalangi keterlibatan internasional hingga memicu krisis ekonomi, tapi tidak memperlambat uji coba senjatanya.
Data Covid-19 yang sebenarnya dari negara itu masih tidak dapat dikonfirmasi masih kurangnya tes dan pengawasan independen.
Mantan diplomat Amerika Serikat (AS) Evans Revere mengatakan tahun ini membuktikan Korut menegaskan dirinya sebagai negara nuklir permanen. Pyongyang juga menunjukkan tidak ada niat untuk terlibat dalam perundingan denuklirisasi dengan AS.
"Kami berada di wilayah berbahaya dan tidak dikenal ketika mengenai ancaman Korea utara, kemungkinan denuklirisasi Korea Utara sudah benar-benar hilang," katanya, Rabu (29/12/2022).
Korut memulai kembali uji coba rudal balistik antar-benua (ICBM) untuk pertama kalinya sejak 2017. Pyongyang berhasil meluncurkan Hwangsong-17 yang diyakini dapat menjangkau daerah mana di AS.
Korut juga menggelar uji coba rudal jarak pendek yang sudah ditingkatkan kekuataannya. Mereka mengatakan rudal-rudal itu strategi untuk mengerahkan senjata nuklir taktis.
Korut juga sedang bersiap membuka kembali lokasi uji coba nuklir yang sempat ditutup. Hal ini menimbulkan spekulasi Pyongyang akan menggelar uji coba bom nuklir pertamanya sejak 2017.
Saat dunia sedang terdistraksi oleh pandemi dan perang di Ukraina serta memanasnya persaingan antara AS dan China. Pakar mengatakan peluncuran dan uji coba rudal Korut tampaknya menegaskan negara itu hendak memperkuat kekuatan militernya.
"Setidaknya Korut dapat berpura-pura untuk membuka kembali dialog, tapi bukan itu yang terjadi, saya pikir rezim Kim (Jong-un) hanya ingin meningkatkan kapabilitas, tidak penting konsekuensinya," kata pengamat hubungan internasional dan pakar Korea di King's College London Pacheco Pardo.