Perbaiki Jalan Ambles Sriharjo, Pemkab Bantul Tunggu Rekomendasi Pakar Geologi
Red: Fernan Rahadi
Pengendara melintas di jalan yang ambles (ilustrasi) | Foto: ANTARA FOTO/Anis Efizudin
REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Pemerintah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menunggu rekomendasi dari pakar geologi terkait konstruksi bangunan yang tepat untuk digunakan dalam melakukan perbaikan jalan di wilayah Desa Wisata Srikeminut, Desa Sriharjo setelah ambles beberapa hari lalu.
Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih mengatakan jalan di wilayah objek wisata Srikeminut Sriharjo beberapa kali diperbaiki, tetapi terus mengalami kerusakan. Karena itu kemudian pihaknya menduga ada fenomena alam yang spesifik terjadi di kawasan tersebut.
"Sehingga hari ini saya mengundang seorang geologis, pakar geologi dari UGM untuk mengkaji dan meneliti di kawasan tersebut dan kita minta rekomendasi konstruksi bangunan apa yang tepat di sana," katanya.
Dengan demikian, kata dia, penanggulangan jalan ambles di Sriharjo secara tepat tidak lagi menjadi wilayah teknik sipil, dan juga ahli konstruksi, tetapi pemerintah daerah mesti melibatkan pakar geologi yang akan diterjunkan bersama meninjau lokasi tersebut.
"Saya minta Dinas PU untuk melakukan kerja sama dengan pakar geologi untuk menemukan sebab. Setelah itu kita minta rekomendasi pakar geologi, konstruksi bangunan yang tepat pada kondisi seperti itu, nanti akan kita lihat bersama," katanya.
Sambil menunggu rekomendasi dari pakar geologi, pemerintah daerah meminta agar masyarakat maupun wisatawan untuk sementara tidak melintasi jalur tersebut, karena dimungkinkan masih ada fenomena yang kemudian berdampak pada amblesnya jalan.
"Upaya sementara, masyarakat tidak melalui jalur itu, karena kita tidak mungkin melakukan penanggulangan lebih permanen pada saat seperti ini karena tanah masih terus bergerak," katanya.
Bupati yang sempat meninjau lokasi pertama kali mendapat kabar bahwa turunnya atau amblesnya jalan baru 30 sentimeter, akan tetapi hingga hari ini dilaporkan sudah hampir tiga meter dengan panjang mencapai puluhan meter.
"Jadi setiap hari itu terjadi penurunan dan turunnya di mana, kita enggak tahu. Saya tanya kepada petugas kita yang di Dinas PU itu tidak ke luar ke sungai tidak, berarti ditengarai amblesnya ke dalam tidak keluar di aliran sungai," katanya.
Oleh karena itu, kata Bupati, diperlukan upaya dan kajian dari pakar geologi konstruksi bangunan yang tepat, karena meski pemerintah daerah sudah menempatkan dinding beton yang kuat guna mencegah abrasi akibat aliran sungai, namun kerusakan masih terjadi.
"Sheet pile atau dinding beton seperti di Jembatan Barongan, itu memang bisa mengatasi terjadinya abrasi, tetapi ternyata dorongan bukan dari sungai, tetapi justru dari daratan, sehingga sementara ini sheet pile masih baik-baik saja, karena ternyata amblesnya ke bawah," katanya.